Wednesday, May 4, 2016


Wahabi memaknai “Istiwa” yang ada dalam surat At-thaha ayat 5 itu duduk. Sehingga mereka meyakini bahwa Allah itu duduk diatas Arsy. Padahal, “istiwa” yang ada dalam al-Quran itu banyak sekali dan tidak maknannya juga berlainan. Berbicara masalah “istiwa”, apa mana istiwa dalam ayat ini?
الرّحْمنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Kesamaan atau kedudukan
Dalam al-quran surat az-Zukhruf ayat 13 dikatakan:
لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-az-zukhruf-ayat-1-14.html#sthash.SMOgEnRA.dpuf
لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-az-zukhruf-ayat-1-14.html#sthash.SMOgEnRA.dpuf
لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-az-zukhruf-ayat-1-14.html#sthash.SMOgEnRA.dpuf
لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-az-zukhruf-ayat-1-14.html#sthash.SMOgEnRA.dpuf

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ
supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi Kami Padahal Kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,(az Zukhruf 13)
dalam ayat ini menceritakan bahtera dan binatang tunggangan hingga manusia dapat duduk diatasnya. Jadi “istawa’ dalam ayat ini dimaknai “duduk”.
Dalam surat HUD ayat 44 dikatakan:
وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan Hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ."
dalam ayat ini Allah menceritakan tentang kapal nabi Nuh berlabuh “istiwa” diatas bukit judi. Kalau “istiwa” diartikan duduk sangat tidak mungin, karena kapat tidak pandai duduk. Yang bisa hanya mendarat atau berlabuh. Maka keadaan inilah yang memaling (mentakwil) kan maknanya menjadi mendarat itu.
dalam QASAS ayat 14:

وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَىٰ آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ


dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan ke- padanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
“Istawa” dalam ayat ini tidak diartikan duduk. Karena tidak pantas sama sekali, tetapi “istawa” dalam ayat diartikan sempurna akal, karena anak yang baru duduk belum pantas mendapatkan hikmah kenabian (belum dewasa). Jadi “Illat” inilah yang memalingkan maknanya kearti yang dimaksudkan.
Dalam ayat dibawah ini yang artinya
Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya.
Ayat ini menceritakan sifat orang mukmin itu bagaikan tunas pohon yang tegak lusus diatas pokoknya. Jadi “istawa” dalam ayat ini tidak lagi diartikan “DUDUK” tetapi tumbuh tegak. Karena tunas tidak pandai duduk. Dengan demikian arti istiwa yang ada dalam al-quran itu banyak sekali.
Dalam ayat lain dikatkan:
Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat,
“Istiwa” dalam ayat ini, artinya “sama” bukan duduk. Karena kalau diartikan duduk maka sangat kacau sekali, perhatikan ini:
Katakanlah, tidak duduk orang buta dan yang dapat melihat.
Bisakah anda menyimpulkannya?
Dalam bahasa arab ada juga penggunaan lafad “Istawa” itu berbeda makna. Diantaranya dua Sya’ir berikut ini:
Bersamaan air dan kayu.
Telah “istawa” menguasai manusia atas negeri Iraq tampa darah yang tertumpah.
DALAM BAQARAH 29:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit
“Istiwa” dalam ayat ini atrinya berkehendak, Bukan duduk karena tidak pantas diartikan duduk.
Ini menunjukan bahwa makna “Istiwa itu banyak sekali. Inilah yang dikatakan Imam Malik bahwa:
Perkataan “Istiwa” sudah diketahui oleh semua orang artinya (maksudnya banyak sekali). Tetapi caranya tidak di ketahui, bertanya tentang ini adalah bidah.
Maka dengan demikian, tentu arti “Istiwa” dalam ayat inipun tidak pantas diartikan duduk atau bertempat. Karena Allah maha kaya dari semesta alam ini, yakni Allah tidak berhajat kepada alam yang diciptakannya. Kalau dikatakan duduk diarasy, maka akan terjadi persamaan dengan makhluknya.
Jadi maksud dari “istawa” yang ada dalam ayat dibawah ini, tentu tidak tepat jika diartikan sebagai tempat, melainkan menguasai.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy (Al A’raf 54)
Kalau diyakini tuhan itu bersemayam diatas arasy, yakni bertempat di atas arasy, berarti tuhan bukan hanya bertempat tapi tuhan juga ber-jehat dan berwilayah. Sedangkan semua itu adalah ciri-ciri makhluk.
Kitab-kita yang mengatakan makna “Istiwa” bukan duduk itu banyak sekali. Diantaranya:
1.    Kitab tafsir Jalalen jid 3 hlm 82. Artinya: Memerintah atau Menguasai.
2.    Kitab Tafsir Farid wajdi hlm 412: artinya: Memerintah atau Menguasai.
3.    Kitab tafsir Ruhur bayan jld 7 hlm 363. Artinya: menguasai atu memerintah.
Ulama Khlaf menafsirkan “istawa” dengan “Istaula”. Ini jauh lebih baik dijadikan I’tiqad. Sebab tidak bertentangan dengan surat Syura: 11
tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
Maka dengan demikian jadilah makna ayat itu begini:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia menguasai arasy, bukan bertempat di atas arasy. Wallahu A’lam.


0 comments:

Powered by Blogger.

Thank's To Follow

Total Pageviews

Popular Posts