Saturday, April 30, 2016



Suatu malam, Maulana Jalaluddin Rumi mengundang Syams Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Maulana. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi;

“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)

Maulana kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.
“Iya”, jawab Syams.

Maulana masih terkejut,”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.

“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.

“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.

“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.

“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.

“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.

“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.

“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.

Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Maulana memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.

Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.

Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Maulana di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.

Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Maulana. Khalayak melihat botol yang dipegang Maulana. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu menambahi siarannya.

Orang-orang bergantian meludahi muka Maulana dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.

Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

Tiba-tiba terdengarlah suara Syams Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan. Seseorang dari mereka masih mengelak;

“Ini bukan cuka, ini arak”. Syams mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Maulana. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Maulana hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.

Rumi berkata pada Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini?”.

“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.

Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman.

(*Dari kumpulan kisah Maulana Jalaluddin Rumi)

Friday, April 29, 2016



FAKTA PERTAMA: Surat fatir 28:

إِنَّمَا يَخْشَى الَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗإِنَّ الَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.

Fakta mengungkapkan bahwa: Imam syafi’i adalah ulama yang takut kepada Allah. dalam buku ini sudah kami sebutkan tinggal anda cari di bagian mananya.

Sedangkan Muhammad bin wahab, tidaklah termasuk Ulama yang takut kepada Allah, sebab dalam fakta sejarah dia telah memerangi dan membunuh ribuan kaum muslimin ketika hendak mengambil alih wilayah arab. Demi “Hubbuddunyanya” Ia tidak memperdulikan apa yang dikatakan Allah dalam surat annisa ayat 93:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا  
dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.


FAKTA KEDUA, Surat An-Nahal ayat 43:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

Imam Syafi’i adala Ulama tempat orang bertanya, hingga dari sejumlah Imam Haditspun bermadzhab dengannya, seperti Imam Bukhari dan dainnya. sedangkan Muhammad bin Wahab tidaklah demikian.


FAKTA KE TIGA, Surat an Nisa’ 59:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),

Dalam ayat ini Allah memerintahkan mentaati Ulil amri. Fakta sejarah mengungkapkan Imam Syafi’i ditaati oleh kalangan Ahli hadits karena Allah swt, sedangkan Muhammad bin wahab ditaati awalnya karena ditakuti kekejamannya. Coba pikirkan mengapa ia harus memerangi untuk mendapatkan wilayat arab, kalau ia sudah dipatuhi sebelumnya.


FAKTA KE EMPAT, Surat fathir ayat 32:
kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan.

Perhatikan dalam ayat ini, hamba (ulama) ada tiga macam, ada yang baik ada yang sedang dan ada yang buruk. Fakta sejarah mengungkapkan bahwa, Imam Syafi’i, adalah ulama yang paling baik dan diakui oleh sekalian kaum muslimin. Sedangkan Mubammad bin wahab jangankan demikian, Ayah kandung dan abang kandungnya sendiripun yaitu: Syekh Sulaiman bin wahab tidak mengakuinya tenteng keulamaannya. Bacalah kitab (“Shawa-iqul Ilahiayyah firaddi al Wahabiyyah, dan kitab “Fadaa-ih al Wahabiyyab”) dia lebih memilih ingris sebagai pembelanya ketimbang orang islam. Padahal ingris itu kafir sengakan Allah melarng menjadikan kafir sebagai pembela, karena kita diperintahkan untuk bersama yag benar. Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (At-Taubah 119)


FAKTA KE LIMA, Surat an Nisa 83:

dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri)

ayat ini mengatakan bahwa, kebenaran itu didapatkan dari rasul dan Ulil amri, yaitu Ulama.
Fakta sejarah mengatakan Imam Syafi’i adalah Ulama tempat orang mengambil kebenaran itu, sedang Muhammad bin wahab melarang orang bermazhab, manakah yang mengikuti ayat. Coba pikirkan!!

FAKTA TAMBAHAN, Arra’du ayat 7:

dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.(Ayat: 7)

Ayat ini menunjukan adanya islam itu ber kelompok yaitu sebgai dalil adanya beberapa Mazhab.

fakta sejarah mengatakan bahwa, Imam syafii mengakui dan membenarkan adanya mazhab lain, sedangkan Muhammad binwahab sangat anti dengan kelompok lain.

FAKTA KE ENAM, HR Imam ibnu Adi dan ‘Asyakir

Rasulullah bersabda:

Ya Allah tunjukilah bangsa Quraisy maka sesungguhnya seorang Alimnya akan memenuhi permukaan bumi ini ilmunya.

Sedangkan dalam kitab Majmu’ Syarah Muhazzab jil 1 hlm 11 dikatakan:
Sesungguhnya seorang Alim dari suku Quaisy, yang ilmunya akan memenuhi pelosok bumi ini. Imam Ahmad ketika ditanya tentang hadits ini beliau menjawab Siapalagi kalaulah bukan guru kita ini (Imam Syafi’i).

Fakta sejarah mengungkapkan bahwa, Imam syafi’i adalah seorang Quraiys. Dan juga fakta nyata menunjukan bahwa pendapat Imam Syafii ini, paling banyak dipakai di belahan bumi ini, sedangkan Muhammad bin wahab bukanlah Quraisy, dan pendapatnyapun tidak dipakai sampai sepertri Imam syafii. Kalaulah Muhammad bin wahab tidak meminta bantuan ingris untuk memerangi arab pada waktu itu tentu tidak sampai segini juga famornya. (Kelicikan apapun yang digunakannya namun tidak juga sampai seperi iamam syafii famornya)


FAKTA KE TUJUH, HR Turmuzi dan Hakim:

Dari Aisyah berkata ia: Rasulullah saw. Bersabda: Ada 6 yang Aku laknat dan dilaknat juga oleh Allah swt. Padahal setiab Nabi itu dikabulkan do’anya
Yang menambah kitabullah, Yang mendustakan taqdir Allah, Yang berkuasa dengan sewenang-wenang sehingga dengan itu dia memuliakan orang yang direndahkan Allah dan merendahkan orang yang dimuliakan Allah, Orang yang menghalalkan yang diharamkan Allah, Orang yang memperlakukan keturunanku dengan hal yang diharamkan Allah, Yang meninggalkan sunnahku.

Fakta sejarah mengatakan bahwa, Imam Syafii adalah keturunan Rasulullah dari fatimah, sedangkan Muhammad bin Wahab tidak demikian. Malah beliau memerangi orang yang bermazhab kepada Imam syafii pada ketika itu. coba pikirkan, kenapa ia perangi, kalau menurutnya bukan diharamkan. Berati Muhammad bin wahab alias pentolan wahabi itu, adalah orang yang dilaknat oleh Allah swt.


FAKTA TAMBAHAN

Imam Syafii kehidupannya pada zaman salaf yang dijamin kebenarannya, sedangkan Muhammad bin wahab kehidupannya pada abat 12 ahir. Darimanakah orang membenarkannya?


FAKTA KE DELAPAN, HR Imam Muslim

Abu Hurairah berkata: bersabda Rasulullah saw: dua kelakuan manusia yang menyebabkan kafir yaitu: Menghina turunan Nasab dan dan tersendu sendu menagisi orang mati. HR Muslim.

Kerena ia memerangi orang yang bermazhab kepada Imam Syafii, berarti ia menghina beliau, oleh karena Imam syafii turunan nasab rasul, maka tentu secara tidak langsung ia telah menghinanya (Rasulullah).


FAKTA KE SEMBILAN, HR Imam Bukhari dalam kitabnya jilid 4 hlm 147 Rasulullah bersabda
Ya Allah berkatilah kami, Syam kami dan Yman kami, ketika itu sahabat yang berasal dari kota Nejad berkata, doakan juga Nejad kami yang Rasul. Nabi berkata lagi Ya Allah berkatilah kami, Syam kami dan yaman kami, kemudian orang yang dari Nejat tadi berkata, tolong doakan juga Nejat kami. Nabi menjawab disana akan terjadi goncangan, fitnah dan akan Muncul tanduk Syaithan.

Dalam hadits ini dikatkaan: ketika Rasulullah berdoa, Ya Allah berkatilah kami, Syam kami dan Yaman kami. maka Shabat yang dari Nejad (Nejad adalah ibu kota saudi arabiya)  berkata, doakan juga Nejad kamai ya Rasulullah. Beliau tetap berkata seperti tadi. Ketika mereka memohon lagi agar Rasul mendoakan Nejadnya. Rasul menjawab, disana (Nejad maksudnya) akan timbul goncangan, fitnah dan akan muncul tanduk Syaitan.

Fakta sejarah mengatakan: kampung halaman Muhammad bin Wahab adalah di Nejad. Dan dari sana jugalah ajaran wahabi dikembangkan.

Apakah anda tau bagaimana cara Muhammad bin Wahab memulainya? Dia bersatu dengan Muhamamad bin Sha’ud. Untuk memerangi pemerintahan yang dipimpinan oleh Syarif al Husain dibawah kerajaan turki ‘Ustmany. Kerajaan tersebut membolehkan 4 mazhab, dan setiap orang boleh menganut salah satu dari mazhab yang empat.
    Muhammad bin Wahab (pentolan wahabi, yang sekarang ini pengikutnya menjadi beberapa golongan yang kami tau,  yaitu: Salafy, Muhammadiyah, MMI, Hidayatullah, Hizbu Tahrir, MTA, dan mungkin banyak lagi golangan lainnya). Muhammad bin wahab berusaha menghancurkan pemerintahan tersebut, dengan cara menggoncang, memfitnah, dan menanduk fatwa-fatwa ulama’ yang ada, dan segala macam cara di tempuhnya, ketika memerangi kota Tha-if mereka membunuh anak anak dan para wanita hingga tersisa hanya 27 orang saja, sungguh biadab perbuatannya, dengan cara inilah ia berusaha merebut wilayah tersebut hinga ahirnya, berubahlah namanya menjadi Arab Sa’udi. Kebiasaan itu tidak berubah sampai saat ini, yaitu: Wahabi selalau membuat goncangan dimana mana, walaupun tidak semuanya. Sebagian mereka, Memfitnah Ulama, dan menanduk fatwa-fatwanya, seperti apa yang dikatakan dalam hadits diatas.

Para pembaca yang berfikir, Tolong pikirkan!!!

Kalau hadits diatas ini bukan untuk Muhammad bin Wahab, tolong tunjukkan siapa gantinya. Karena hadits itu sahih dan bukan hanya dalam riwayat Imam bukari saja.

Tidak mungkin nabi berkata begitu kalau tidak ada pelakuknya. Dan fakta itu bukan hanya berhenti pada Muhammad bin wahab saja, tetapi hampir seluruh pengikutnya bersifat sama. Seperti Muhammadiah misalnya. Mereka selalu menuding amalan yang dikerjakan oleh kaum kita, yang sangat mengherankan kita adalah, kalangan yang tidak pandai membaca Quran pun ikut menyalah-nyalahkannya, padahal ulama dahulu membenarkannya. Gunakan akal coba perhatikan dan coba pikirkan. Adakah Imam syafii seperti apa yang dikatakan Nabi itu? pikirkan dan pikirkan. Pikirkan lagi, lagi lagi pikirkan supaya anda faham. Allah berfirman:
dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

FAKTA TERAHIR YANG HARUS DIBACA!!!!!!

MUHAMMAD BINWAHAB ADALAH KAKI TANGAN YAHUDI.

SIAPAKAH YAHUDI?.....    Allah berfirman dalam Baqarah ayat 120:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Yahudi adalah bangsa Israel yang tidak senang kepada tuhan nabi muhammad saw. Hanya karena nabi Muhammad itu bukan dari kalangan bani Israel. Mereka terlalu tebal kebutaan hatinya, hingga mereka sanggup bermusuhan dengan tuhan. Sebab itu mereka cetuskan ajaran anti tuhan dan anti Islam (sekularisme) dan menyebarkannya ke seluruh dunia.

Pada tahun 639 M. Atau pada tahun 60 H, gubernur dibawah khlifah umar bin khatthab yang bernama “Amar bin ‘Ash” berjaya menawan Baitul Maqdits dengan aman dan damai.

Pada tahun 1099 M. Atau 520 H, perang salip pertama Baitul Maqdits jatuh ke tangan kristian.

Pada 1187 M. Atau 608 H. Shalahuddin al Ayyubi, menawan semula baitul maqdits dari tangan: RICHARD THE LION HEART.

Maka sempurnalah tiga kota suci ini, berada dalam khilafah islamiah hingga sampai pada tahun 1917 M. Atau 1338 H.

Dendam yahudi terhadap Muhammad dan islam semakin mendalam. Hingga satu konvirasi dirangcang begitu rapi untuk menentang islam.

Yahudi mendirikan pusat Studi Islam untuk melatih ejen-ejen perisikan agar menyusup ke-dalam masyarakat Islam. Tahun 1822 M. Atau 1243 H. didirikan Society Asiatic of paris. Di paris.

Tahun 1823 M. Atau 1244 H. didirikan Royal Asiatic Society of Great Britain And Ireland. Didirikan di ingris.

Tahun 1842 M. Atau 1263 H. American Oriental Society didirikan di amerika.

Tahun 1916 M. atau 1337 H. University  of London mendirikan skool of Oriental Studies. Sekarang menjadi SOAS (Skool of Oriental and African Studies)

Hasil inilah nantinya untuk menghancurkan islam. Maka ejen-ejen Orentalis itu dihantar ke Negara-Negara Islam dan menyamar sebagai Ulama.

Para ejen itu membawa ajaran baru bagi menjayakan politik, memecah belah dan menguasai. Diantara tokoh tokoh orentialis dari yahudi dan kristen yang telah menyusup di tengah-tengah umat Islam adalah:
1.    Mr. Hemper atau syekh (Muhammad Majmu’i) pada tahun 1710 M. Atau 1131 H. Dihantar oleh britis ke Mesir, Turki, Iraq, Hijaz dan sekitarnya.
2.    Mr. Kristian Snouck Hurgronye atau (Sykeh Abdul Ghaffar). Pada tahun 1857-1936 M. Atau 1278-1357 sekitar 76 tahun yang lalu, selama 79 tahun. Diantar ke Aceh dan Nusantara.
3.    Duncan Black MacDonald, pada tahun 1863-1943 M. 1284-1364. selama 80 tahun. dihantar ke Amerika dan menjadi rujukan Cendikiawan Islam dari seluruh dunia.



Rudi dan Amir adalah dua orang pemuda yang taat kepada Allah SWT. Namun Rudi seorang wahabi, tentu tidak sama dengan si Amir yang berkeyakinan Sunni.  Pada suatu hari, si rudi bertanya kepada si Amir. Mir katanya, menurutmu aliran yang benar itu Sunni atau Wahabi? Kenapa kemu tanyakan itu? Enggak sahut si Rudi, kamu jawab dulu pertanyaanku. Akhirnya  mereka saling melempar pertanyaan.

Amir    kalau kita bicara Islam, semuanya mengaku Islam. Kalau kita bicara agama semuanya mengaku beragama. Kamu lihat di dunia itu ada tiga aliran, SUNNI, WAHABI DAN SI’AH. Menurut kami, Sunnilah yang baik. adapun wahabi dan sia’h tidaklah termasuk.
Rudi    kenapa kamu berkata begitu, apa buktinya?
Amir    buktinya aku ikut Sunni.
Rudi    kalau hanya itu alasanmu, berarti setiap yang ada pengikutnya harus dikatakan benar semua, maka benarlah semua agama yang ada pengikutnya. Sekarang tolong kamu jelaskan, dalil dari ayat yang membuktikan bahwa sunni itu golongan yang baik, ada apa tidak?
Amir    baiklah,  perhatikan ayat ini:

لأَصْحَابِ الْيَمِينِ (38) ثُلَّةٌ مِنْ الأَوَّلِينَ (39) وَثُلَّةٌ مِنْ الآخِرِينَ
(kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. (Al Qaqi’ah 39-40)

    Coba kamu pikirkan, berapa persen jumlah wahabi di dunia ini, paling hanya 20 % saja, begitu juga si’ah. Sedangkan sunni jumlahnya 60 %. Berdasarkan fakta ini, manakan yang paling banyak, sunni atau wahabi?
Rudi    Ya. Aku mengakui jumlah sunni jauh lebih banyak dari pada wahabi dan si’ah. Tapi jangan salah, dalam jumlah yang besar itu tidak baik semuanya.
Amir    kalau dikaji kesitu, kita harus fer, dalam kelompok wahabi, ada setannya ada bajingannya dan ada juga pencurinya. Tu coba lihat yang di arab sana, siapa yang memperkosa TKW yang dari indonesuia wahabi atau sunni?. Maka kalau dibersihkan semuanya tentu hanya tinggal 5 persenan saja jumlah kalian yang baiknya. Begitu jua si’ah. Nah Sunni dari jumlah 60% dikurangi lagi, karena di dalamnya ada pencurinya, ada pemarkosanya, ada juga bajingannya, dll. Maka katakanlah jumlahnya tinggal 20 % lagi yang baiknya, toh masih banyak juga. Maka secara fakta Sunni adalah kelompok yang paling banyak dari kelompok islam yang ada. Maka berdasarkan ayat ini tentu sunnilah yang golongan kanan. Nah sekarang saya yang bertanya, apa dalil kalian tentang pengkleman bahwa kalianlah yang paling benar itu?
Rudi    kami tidak berbuat bid’ah dan kami selalu mengikuti al quran.
Amir    kalau kalian mengikuti Quran, mengapa kalian terpecah belah juga?
Rudi    kami tidak terpecah belah, kami bersatu.
Amir    kalian telah berpecah belah. Wahabi itu terbagi menjadi, Salafi, Muhammadiah, Hidayatullah, MTA (Majlis tafsir quran) MMI (Majelis mujahidin Indonesia) HTI dan lainnya. Setiap golongan ini saling membanggakan golongannya. Ini fakta atau fitnah? Tolong jawab.
Rudi    Ini fakta.
Amir    kalau demikian, perhatikan ayat ini:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (30) مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنْ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنْ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعاً كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik), Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.(Ar Ruum 30-32)

    Dalam ayat ini dikatakan bahwa, yang syirik itu adalah orang yang ber kelompok dan setiap kelompok membanggakan kelomponya. Kami perhatikan kelompok kalian bukan hanya membanggakan diri dengan kelompok kami saja, tetapi terhadap sesama kalianpun sama saja. Coba kamu perhatikan Sunni tidak bersifat seperti kalian itu. tidak pernah kami mengirim selebaran di mesjid kalian untuk menuding kalian, tetapi kalianlah yang mengirim selebaran itu untuk menuding kami. Ini fakta Rud, bukan fitnah. Dan juga kalau kalian mengikuti ayat, tentu kalian tidak akan jadi terpecah belah begini. Siapa yang memulai ini?
Rudi    entahlah.
Amir    menurutmu dari seklian banyak ulama yang sudah tiada, siapakah yang paling kamu agungkan?
Rudi    Muhammad bin Abdl Wahab.
Amir    Apa alasanmu mengatakan itu?
Rudi    karena dia seorang Ulama yang mengikuti quran dan sunnah.
Amir    dalam sejarah beliau telah memerangi ribuan ulama yang tak sepaham dengannya, bukan hanya itu bahkan wanita dan anak anakpun jadi korbannya, padahal mereka semua beriman kepada Allah. ini fakta atau fitnah?
Rudi    fakta.
Amir    menurutmu apakah boleh membunuh golongan selain golongan kita, contohnya: kalian memmerangi kami?
Rudi    tidak?
Amir    ternyata, anda sendiri menyalahkan perbuatan Muhammad bin wahab itukan? Baiklah, bukan anda saja yang menyalahkannya, tetapi Allah. perhatikan Ayat ini:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُتَعَمِّداً فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَاباً عَظِيماً (93)
dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (An-Nisa 93)

Berdasarkan ayat ini ternyata Muhammad bin wahab adalah orang yang sangat dimarahi Allah dan telah menjadi penghuni neraka. Lalu mengapa anda masih mengaguminya? Kalau tadinya mungkin kamu belum tau, nah sekarang kamu sudah tau, masihkah kamu bersikap seperti itu? Ya saya tahu. Seekor singa akan mengagumi singa seniaornya. IPK mengagumi si Olo pangabean sebagai pentolannya. Golkar mengagumi Suharto. Partai demokrat mengagumi SBY Tentu kalianpun mengagumi Muhammad bin wahab. Sebab kalian dalam satu golongan. Kalau demikian bicara kita cukup sampai disini saja. Wallahu A’lam.

Wednesday, April 27, 2016


بداية امر محمد بن عبد الوهاب

كان ابتداء ظهور أمره في الشرق سنة ۱۱٤٣ هـ واشتهر أمره بعد ١١٥٠ هـ بنجد وقراها، توفي سنة ١٢٠٦ هـ، وقد ظهر بدعوة ممزوجة بأفكار منه زعم أنها من الكتاب والسُّنة، وأخذ ببعض بدع تقي الدين أحمد بن تيمية فأحياها، وهي: تحريم التوسّل بالنبي، وتحريم السفر لزيارة قبر الرسول وغيره من الأنبياء والصالحين بقصد الدعاء هناك رجاء الإجابة من الله، وتكفير من ينادي بهذا اللفظ: يا رسول الله أو يا محمد أو يا علي أو يا عبد القادر أغثني أو بمثل ذلك إلا للحيّ الحاضر، وإلغاء الطلاق المحلوف به مع الحنث وجعله كالحلف بالله في إيجاب الكفارة، وعقيدة التجسيم لله والتحيز في جهة.
وابتدع من عند نفسه: تحريم تعليق الحروز التي ليس فيها إلا القرآن وذكر الله وتحريم الجهر بالصلاة على النبي عقب الأذان، وأتباعه يحرّمون الاحتفال بالمولد الشريف خلافا لشيخهم ابن تيمية.

مفتي الشافعية في مكة يذم محمد بن عبد الوهاب

قال الشيخ أحمد زيني دحلان مفتي مكة في أواخر السلطنة العثمانية في تاريخه تحت فصل فتنة الوهابية، (١): (كان -اي محمد بن عبد الوهاب - في ابتداء أمره من طلبة العلم في المدينة المنورة على ساكنها أفضل الصلاة والسلام، وكان أبوه رجلا صالحا من أهل العلم وكذا أخوه الشيخ سليمان، وكان أبوه وأخوه ومشايخه يتفرسون فيه أنه سيكون منه زيغ وضلال لما يشاهدونه من أقواله وأفعاله ونزغاته في كثير من المسائل، وكانوا يوبخونه ويحذّرون الناس منه، فحقق الله فراستهم فيه لما ابتدع ما ابتدعه من الزيغ والضلال الذي أغوى به الجاهلين وخالف فيه أئمة الدين، وتوصل بذلك إلى تكفير المؤمنين فزعم أن زيارة قبر النبي (صلّى الله عليه وسلّم) والتوسل به وبالأنبياء والأولياء والصالحين وزيارة قبورهم للتبّرك شرك، وأن نداء النبي (صلّى الله عليه وسلّم) عند التوسل به شرك، وكذا نداء غيره من الأنبياء والأولياء والصالحين عند التوسل بهم شرك، وأن من أسند شيئا لغير الله ولو على سبيل المجاز العقلي يكون مشركا نحو: نفعني هذا الدواء، وهذا الولي الفلاني عند التوسل به في شىء،
إلى أن قال (٢): "وكان كثير من مشايخ ابن عبد الوهاب بالمدينة يقولون: سيضل هذا أو يضل الله به من أبعده وأشقاه، فكان الأمر كذلك. وزعم محمّد بن عبد الوهاب أن مراده بهذا المذهب الذي ابتدعه إخلاص التوحيد والتبري من الشرك، وأن الناس كانوا على الشرك منذ ستمائة سنة، وأنه جدّد للناس دينهم، وحمل الآيات القرءانية التي نزلت في المشركين على أهل التوحيد كقوله تعالى: ﴿وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَومِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ﴾، (سورة الأحقاف/٥). وكقوله تعالى ﴿ وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ﴾ (سورة يونس/١٠٦)، وكقوله تعالى ﴿وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَيْءٍ﴾ (سورة الرعد/١٤). وأمثال هذه الآيات في القرءان كثيرة، فقال محمد بن عبد الوهاب: من استغاث بالنبي (صلّى الله عليه وسلّم) أو بغيره من الأنبياء والأولياء والصالحين أو ناداه أو سأله الشفاعة فإنه مثل هؤلاء المشركين ويدخل في عموم هذه الايات، وجعل زيارة قبر النبي (صلّى الله عليه وسلّم) وغيره من الأنبياء والأولياء والصالحين مثل ذلك- يعني للتبرّك- وقال في قوله تعالى حكاية عن المشركين في عبادة الأصنام: ﴿مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى﴾ (سورة الزمر/٣) إن المتوسلين مثل هؤلاء المشركين الذين يقولون: ﴿ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى ﴾ (سورة الزمر/٣)" اهـ
ثم قال (٣): "روى البخاري عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي (صلّى الله عليه وسلّم) في وصف الخوارج أنهم انطلقوا إلى ءايات نزلت في الكفار فحملوها على المؤمنين، وفي رواية عن ابن عمر أيضا أنه (صلّى الله عليه وسلّم) قال: "أخوف ما أخاف على أمتي رجل يتأول القرءان يضعه في غير موضعه" فهو وما قبله صادق على هذه الطائفة" ا.هـ.
ثم قال (٤): "وممن ألف في الرد على ابن عبد الوهاب أكبر مشايخه وهو الشيخ محمد بن سليمان الكردي مؤلف حواشي شرح ابن حجر على متن بافضل (٥)، فقال من جملة كلامه: "يا ابن عبد الوهاب إني أنصحك أن تكف لسانك عن المسلمين" اهـ.
ثم قال الشيخ أحمد زيني دحلان (٦): "ويمنعون من الصلاة على النبي (صلّى الله عليه وسلّم) على المنائر بعد الأذان حتى إن رجلاً صالحا كان أعمى وكان مؤذنا وصلى على النبي (صلّى الله عليه وسلّم) بعد الأذان بعد أن كان المنع منهم، فأتوا به إلى محمد بن عبد الوهاب فأمر به أن يقتل فقتل. ولو تتبعت لك ما كانوا يفعلونه من أمثال ذلك لملأت الدفاتر والأوراق وفي هذا القدر كفاية" ا. هـ
أقول: ويشهد لما ذكره من تكفيرهم من يصلي على النبي أي جهرا على المئاذن عقب الأذان ما حصل في دمشق الشام من أن مؤذن جامع الدقاق قال عقب الأذان كعادة البلد: الصلاة والسلام عليك يا رسول الله جهرا، فكان وهابي في صحن المسجد فقال بصوت عال: هذا حرام هذا مثل الذي ينكح أمه، فحصل شجار بين الوهابية وبين أهل السنة وضرب، فرفع الأمر إلى مفتي دمشق ذلك الوقت وهو أبو اليسر عابدين فاستدعى المفتي زعيمهم ناصر الدين الألباني فألزمه أن لا يدرّس وتوعده إن خالف ما ألزمه بالنفي من البلاد.
وقال الشيخ أحمد زيني دحلان ما نصه (٧): "كان محمد بن عبد الوهاب الذي ابتدع هذه البدعة يخطب للجمعة في مسجد الدرعية ويقول في كل خطبه: " ومن توسل بالنبي فقد كفر"، وكان أخوه الشيخ سليمان بن عبد الوهاب من أهل العلم، فكان ينكر عليه إنكارا شديدا في كل ما يفعله أو يأمر به ولم يتبعه في شىء مما ابتدعه، وقال له أخوه سليمان يوما: كم أركان الإسلام يا محمد بن عبد الوهاب؟ فقال خمسة، فقال: أنت جعلتها ستة، السادس: من لم يتبعك فليس بمسلم هذا عندك ركن سادس للإسلام. وقال رجل ءاخر يوما لمحمد بن عبد الوهاب: كم يعتق الله كل ليلة في رمضان؟ فقال له: يعتق في كل ليلة مائة ألف، وفي ءاخر ليلة يعتق مثل ما أعتق في الشهر كله، فقال له: لم يبلغ من اتبعك عشر عشر ما ذكرت فمن هؤلاء المسلمون الذين يعتقهم الله تعالى وقد حصرت المسلمين فيك وفيمن اتبعك، فبهت الذي كفر. ولما طال النزاع بينه وبين أخيه خاف أخوه أن يأمر بقتله فارتحل إلى المدينة المنورة وألف رسالة في الرد عليه وأرسلها له فلم ينته. وألف كثير من علماء الحنابلة وغيرهم رسائل في الرد عليه وأرسلوها له فلم ينته. وقال له رجل ءاخر مرة وكان رئيسا على قبيلة بحيث إنه لا يقدر أن يسطو عليه: ما تقول إذا أخبرك رجل صادق ذو دين وأمانة وأنت تعرف صدقه بأن قومًا كثيرين قصدوك وهم وراء الجبل الفلاني فأرسلت ألف خيال ينظرون القوم الذين وراء الجبل فلم يجدوا أثرًا ولا أحدا منهم، بل ما جاء تلك الأرض أحد منهم أتصدق الألف أم الواحد الصادق عندك؟ فقال: أصدق الألف، فقال له: إن جميع المسلمين من العلماء الأحياء والأموات في كتبهم يكذّبون ما أتيت به ويزيفونه فنصدقهم ونكذبك، فلم يعرف جوابا لذلك. وقال له رجل ءاخر مرة: هذا الدين الذي جئت به متصل أم منفصل؟ فقال له حتى مشايخي ومشايخهم إلى ستمائة سنة كلهم مشركون، فقال له الرجل: إذن دينك منفصل لا متصل، فعمّن أخذته؟ فقال: وحي إلهام كالخضر، فقال له: إذن ليس ذلك محصورًا فيك، كل أحد يمكنه أن يدعي وحي الإلهام الذي تدعيه، ثم قال له: إن التوسل مجمع عليه عند أهل السنة حتى ابن تيمية فإنه ذكر فيه وجهين ولم يذكر أن فاعله يكفر". اهـ.
ويعني محمد بن عبد الوهاب بالستمائة سنة القرن الذي كان فيه ابن تيمية وهو السابع إلى الثامن الذي توفي فيه ابن تيمية إلى القرن الثاني عشر. وهي التي كان يقول فيها محمد بن عبد الوهاب إن الناس فيها كانوا مشركين وإنه هو الذي جاء بالتوحيد ويعتبر ابن تيمية جاء بقريب من دعوته في عصره، كأنه يعتبره قام في عصر انقرض فيه الإسلام والتوحيد فدعا إلى التوحيد وكان هو التالي له في عصره الذي كان فيه وهو القرن الثاني عشر الهجري. فهذه جرأة غريبة من هذا الرجل الذي كقر مئات الملايين من أهل السنّة وحصر الإسلام في أتباعه، وكانوا في عصره لا يتجاوز عددهم نحو المائة ألف. وأهل نجد الحجاز الذي هو وطنه لم يأخذ أكثرهم بعقيدته في حياته وإنما كان الناس يخافون منه لما علموا من سيرته لأنه كان يسفك دماء من لم يتبعه. وقد وصفه بذلك الأمير الصنعاني صاحب كتاب سبل السلام فقال فيه أولا قبل أن يعرف حاله قصيدة أؤّلها:
سلام على نجد ومن حل في نجد وإن كان تسليمي على البعد لا يجدي

وهذه القصيدة مذكورة في ديوانه وهو مطبوع، وتمامها أيضا في البدر الطالع للشوكاني والتاج المكلل لصديق خان فطارت كل مطار، ثم لما بلغه ما عليه ممدوحه من سفك الدماء ونهب الأموال والتجرىء على قتل النفوس ولو بالاغتيال وإكفار الأمة المحمدية في جميع الأقطار رجع عن تأييده وقال:

رجعت عن القول الذي قلت في النجدي فقد صح لي عنه خلاف الذي عندي

ظننت به خيرا فقلت عسى عسى نجد ناصحًا يهدي العباد ويستهدي

لقد خاب فيه الظن لا خاب نصحنا وما كل ظن للحقائق لي يهدي

وقد جاءنا من أرضه الشيخ مِربَدُ فحقّق من أحواله كل ما يبدي

وقد جـاء من تأليفه برسائل يكفر أهل الأرض فيها على عمد

ولفق في تكفيرهم كل حجة تراها كبيت العنكبوت لدى النقد
إلىءاخر القصيدة، ثم شرحها شرحًا يكشف عن أحوال محمد بن عبد الوهاب من الغلوّ والإسراف في القتل والنهب ويرد عليه، وسمى كتابه: "إرشاد ذوي الألباب إلى حقيقة أقوال ابن عبد الوهاب ".

وقد ألف أخوه الشيخ سليمان بن عبد الوهاب رسالة في الرد على أخيه محمد بن عبد الوهاب كما ذكرنا سمّاها "الصواعق الإلهية في الرد على الوهابية"، وهي مطبوعة، وأخرى سماها "فصل الخطاب في الرد على محمّد بن عبد الوهاب ".

مفتي الحنابلة في مكة يذم محمد بن عبد الوهاب

قال مفتي الحنابلة بمكة المتوفى سنة ١٢٩٥ هـ الشيخ محمد بن عبد الله النجدي الحنبلي في كتابه "السحب الوابلة على ضرائح الحنابلة" في ترجمة والد محمد بن عبد الوهاب بن سليمان ما نصّه (٨): "وهو والد محمّد صاحب الدعوة التي انتشر شررها في الافاق، لكن بينهما تباين مع أن محمدًا لم يتظاهر بالدعوة إلا بعد موت والده، وأخبرني بعض من لقيته عن بعض أهل العلم عمّن عاصر الشيخ عبد الوهاب هذا أنه كان غضبان على ولده محمد لكونه لم يرض أن يشتغل بالفقه كأسلافه وأهل جهته ويتفرس فيه أن يحدث منه أمر، فكان يقول للناس: يا ما ترون من محمد من الشر، فقدّر الله أن صار ما صار، وكذلك ابنه سليمان أخو الشيخ محمد كان منافيًا له في دعوته ورد عليه ردًا جيدا بالآيات والآثار لكون المردود عليه لا يقبل سواهما ولا يلتفت إلى كلام عالم متقدمًا أو متأخرا كائنا من كان غير الشيخ تقي الدين بن تيمية وتلميذه ابن القيم فإنه يرى كلامهما نصّا لا يقبل التأويل ويصول به على الناس وإن كان كلامهما على غير ما يفهم، وسمى الشيخ سليمان رده على أخيه "فصل الخطاب في الرد على محمّد بن عبد الوهاب" وسلّمه الله من شرّه ومكره مع تلك الصولة الهائلة التي أرعبت الأباعد، فإنه كان إذا باينه أحد ورد عليه ولم يقدر على قتله مجاهرة يرسل إليه من يغتاله في فراشه أو في السوق ليلا لقوله بتكفير من خالفه واستحلاله قتله، وقيل إن مجنونًا كان في بلدة ومن عادته أن يضرب من واجهه ولو بالسلاح، فأمر محمدٌ أن يعطى سيفًا ويدخل على أخيه الشيخ سليمان وهو في المسجد وحده، فأدخل عليه فلما رءاه الشيخ سليمان خاف منه فرمى المجنون السيف من يده وصار يقول: يا سليمان لا تخف إنك من الآمنين ويكررها مرارا، ولا شك أن هذه من الكرامات ". ا.هـ.
وقول مفتي الحنابلة الشيخ محمد بن عبد الله النجدي إن أبا محمد بن عبد الوهاب كان غاضبا عليه لأنه لم يهتم بالفقه معناه أنه ليس من المبرزين بالفقه ولا بالحديث، إنما دعوته الشاذة شهرته، ثم أصحابه غلوا في محبته فسموه شيخ الإسلام والمجدّد، فتبًا لهم وله، فليعلم ذلك المفتونون والمغرورون به لمجرد الدعوة، فلم يترجمه أحد من المؤرخين المشهورين في القرن الثاني عشر بالتبريز في الفقه ولا في الحديث.

ابن عابدين يذم محمد بن عبد الوهاب

قال ابن عابدين الحنفي في ردّ المحتار ما نصّه (٨): "مطلب في أتباع ابن عبد الوهاب الخوارج في زماننا: قوله: "ويكفرون أصحاب نبينا (صلّى الله عليه وسلّم)" علمت أن هذا غير شرط في مسمى الخوارج، بل هو بيان لمن خرجوا على سيدنا علي رضي الله تعالى عنه، والا فيكفي فيهم اعتقادهم كفر من خرجوا عليه، كما وقع في زماننا في أتباع محمد بن عبد الوهاب الذين خرجوا من نجد وتغلّبوا على الحرمين، وكانوا ينتحلون مذهب الحنابلة، لكنهم اعتقدوا أنهم هم المسلمون وأن من خالف اعتقادهم مشركون، واستباحوا بذلك قتل أهل السنّة قتل علمائهم حتى كسر الله شوكتهم وخرب بلادهم وظفر بهم عساكرالمسلمين عام ثلاث وثلاثين ومائتين وألف". ا.هـ.

الامام الصاوي المالكي يذم محمد بن عبد الوهاب

وقال الشيخ أحمد الصاوي المالكي في تعليقه على الجلالين ما نصه (١٠): "وقيل هذه الآية نزلت في الخوارج الذين يحرفون تأويل الكتاب والسنة ويستحلون بذلك دماء المسلمين وأموالهم كما هو مشاهد الآن في نظائرهم، وهم فرقة بأرض الحجاز يقال لهم الوهابية يحسبون أنهم على شىء ألا انهم هم الكاذبون، استحوذ عليهم الشيطان فأنساهم ذكر الله أولئك حزب الشيطان ألا إن حزب الشيطان هم الخاسرون، نسأل الله الكريم أن يقطع دابرهم " اهـ.



فالحذر الحذر من اتباع محمد بن عبد الوهاب وهم الوهابية اليوم.

---------------------------------------------------------------------

( ۱) الفتوحات الاسلامية (٢/ ٦٦).

( ٢) أنظر الكتاب (٢/ ٦٧).

(٣ ) أنظر الكتاب (٢/ ٦٨).

( ٤) أنظر الكتاب (٢/ ٦٩).

( ٥) متن مشهور في المذهب الشافعي لعبد الله بن عبد الرحمن بَافَضْل الحضرمي، واسم شرح ابن حجر هو المنهج القويم في مسائل التعليم.

(٦) أنظر الكتاب (٢/ ٧٧).

(٧) الدرر السنية في الرد على الوهابية (ص/ ٤٢- ٤٣).

(٨) أنظر السحب الوابلة على ضرانح الحنابلة (ص/ ٢٧٥).

(٩) رد المحتار على الدر المختار (٤/ ٢٦٢) كتاب البغاة.

(١٠) مرءاة النجدية (ص/ ٨٦).
موقع اهل السنة والجماعة
وتمسك بأدلة لا تنتج له شيئًا من مرامه، وأتى بعبارات مزورة زخرفها ولبّس بها على العوام حتى تبعوه، وألف لهم في ذلك رسائل حتى اعتقدوا كفر كثر أهل التوحيد" ا.هـ.

شيح ابن حجر الهيتمي، هو شهاب الدين أبو العباس أحمد بن محمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي السعدي الأنصاري الشافعي، (909 هـ - 973 هـ)، فقيه شافعي ومتكلم على طريقة أهل السنة من الأشاعرة، ومتصوف.

مولده وحياته

ولد في رجب سنة 909 هـ في محلة أبي الهيتم من إقليم الغربية في مصر المنسوب إليها. مات أبوه وهو صغير فكفله الإمامان شمس الدين بن أبي الحمايل وشمس الدين الشناوي. ثم نقله الشمس الشناوي من محلة أبي الهيتم إلى مقام أحمد البدوي فقرأ هناك في مبادئ العلوم ثم نقله في سنة 924 هـ إلى جامع الأزهر فأخذ عن علماء مصر وكان قد حفظ القرآن في صغره.

أذن له مشايخه بالإفتاء والتدريس وعمره دون العشرين، وبرع في علوم كثيرة من التفسير والحديث والكلام والفقه أصولا وفروعا والفرائض والحساب والنحو والصرف والمعاني والبيان والمنطق والتصوف. ومن محفوظاته كتاب "المنهاج"، ومقروآته لا يمكن حصرها، وأما إجازات المشايخ له فكيرة جدا استوعبها في معجم مشايخه.

قدم إلى مكة في آخر سنة933 هـ فحج وجاور بها، ثم عاد إلى مصر ثم حج بعياله في آخر سنة 937 هـ ثم حج سنة 940 هـ وجاور من ذلك الوقت بمكة وأقام بها يدرس ويفتي ويؤلف.
شيوخه

ممن أخذ عنهم:

    الإمام زكريا الأنصاري.
    الشيخ عبد الحق السنباطي.
    الشمس المشهدي.
    الشمس السمهودي.
    الأمين الغمري.
    شهاب الدين الرملي.
    الطبلاوي.
    أبو الحسن البكري.
    الشمس اللقاني الضيروطي.
    الشهاب بن النجار الحنبلي.
    الشهاب بن الصائغ.

من مؤلفاته

    شرح المشكاة.
    شرح المنهاج المسمى "تحفة المحتاج بشرح المنهاج".
    شرحان على الإرشاد.
    شرح الهمزية البوصيرية.
    شرح الأربعين النووية.
    الصواعق المحرقة على أهل الرفض والضلال والزندقة.
    كف الرعاع عن محرمات اللهو والسماع.
    الزواجر عن اقتراف الكبائر.
    نصيحة الملوك.
    شرح ألفية عبد الله بأفضل الحاج المسمى "المنهج القويم في مسائل التعليم والأحكام في قواطع الإسلام"، وهو شرح للمقدمة الحضرمية في الفقه الشافعي.
    شرح العباب المسمى "الإيعاب وتحذير الثقات عن أكل الكفتة والقات".
    شرح قطعة من ألفية ابن مالك.
    شرح مختصر أبي الحسن البكري في الفقه.
    شرح مختصر الروض ومناقب أبي حنيفة.
    الإيضاح والبيان لما جاء في ليلتي الرغائب والنصف من شعبان.
    إتحاف ذوي المروة والإنافة بما جاء في الصدقة والضيافة
    مبلغ الأرب في فخر العرب.
    در الغمامة في در الطيلسان والعذبة والعمامة.
    تنبيه الأخيار على معضلات وقعت في كتابي الوظائف والأذكار.
    تطهير الجنان واللسان عن الخوض والتفوه بثلب معاوية بن أبي سفيان.
    القول المختصر في علامات المهدي المنتظر.
    الفتاوى الفقهية الكبرى.
    الفتاوى الحديثية.
    الإفصاح عن أحاديث النكاح.
    الإعلام بقواطع الإسلام.

وفاته

توفي ابن حجر الهيتمي في مكة المكرمة في رجب 973 هـ ودفن في مقبرة المعلاة في تربة الطبريين.
مصادر الترجمة

    شذرات الذهب في أخبار من ذهب، تأليف: عبد الحي بن أحمد العكري الدمشقي، دار الكتب العلمية، ج8، ص370-372

Dalam kitab fathul bari jil 15 hlm 313, disebutkan: Ibnu Umar berpendapat:
bahwa mereka itu kaum (khaswaarij) adalah manusia-manusia yang paling buruk. Dengan ber titik tolak pada ayat ayat Quran yang ditutunkan Allah tertuju kepada orang-orang kafir, kaum khawarij mengarahkan ayat tersebut kepada kaum muslimin.
Demikian menurut riwayat yang diketengahkan Imam Bukhari.
Imam Abu Ya’la mengemukakan sebuah hadits yang beresal dari Huzaifah. Bahwa Rasulullah pernah menyatakan:
Yang ku kawatirkan atas kalian adalah, akan adanya orang membaca al Quran hingga dilihat oranglain kebagusannya. Ia berbaju Islam, kemudian tertanggal lalu dicampakkannya kebelakang punggungnya dan selanjutnya dan selanjutnya ia mendatangi tatangganya sambil membawa pedang dan menuduh sebagai musyrik. Aku (Huzaifah) bertanya, ya Nabiyullah manakah yang lebih tepat disebut musyrik, yang dituduh atau yang menuduh? Beliau menjawab yang menuduh.

Dalam sebuah hadits dari Abu Sha’id al-Khudri Rasulullah saw, bersabda:
Sepeninggalanku kelak, akan ada sekelompok orang yang membaca quran tidak melampoi tenggorokannya. Mereka membunuh pemeluk pemeluk agama Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Mereka itu orang yang jauh menyimpang dari REL Agama, demikian jauhnya seperti anak panah yang tidak mengena pada sasarannya. Sekiranya Aku mengalami mereka, pasti akan kuperangi sebagai orang yang durhaka.(HR Imam Bukhari dari Abu Shaid al Khudriy)

Imam bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits berasal dari Ibnu Umar Rasulullah mengatakan: “barang siapa yang mengatakan “hai kafir” kepada saudaranya, kata kata itu terpulang kepada salah satu keduanya, jika tidak, maka kata kata itu kembali kepada yang mengucapkannya”

Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda:
Barang siapa yang memanggil seseoarnag dengan sebutan “hai kafir” atau dengan “musuh Allah” padahal orang yang dipanggil tidak seperti itu, maka panggilan itu terpuang kepada dirinya.

Ath Thabary dalam “al Kabir” mengetengahkan sebuah hadits berasal dari Abdullah bin Umar dengan sanat yang baik bahwa Rasulullah memerintahkan:
Tahanlah diri kalian (jangan menyerang) orang ahli LA ILAAHA ILLAALLAH (yakni orang muslim) janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa. Menurut fersi lain janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatau perbuatan.

Di dunia ini, terkenal dengan SUNNI (Islam yang bermazhab) dan WAHABY (yang tidah bermazhab). Yang namanya Wahabiy, selalu melontarkan kata-kata kafir, syirik, bid’ah dan lain-lain kepada golongan Islam lainnnya.     Orang yang shalat berqunut di bencinya
        Zikir berjamaah di tentangnya
        Wirit malam jumat di bid’ahkannya
        Dan banyak lagi masalah yang benar lainnya yang di cacanya.
Ulama’ kita bila berda’wah, mereka remehkan bahkan tidak jarang secara sembunyi sembunyi mereka membisikkan kata kata “sesat” kepada ulama tersebut. Ini jelas pembunuhan karekter namaya. Kalau pembaca melihat kembali hadits diatas, kira-kira kelompok manakah yang dikatakan nabi tersebut? Apakah kelompok SUNNI? Atau kelompok WAHABIY? Andalah yang dapat menilainya. Tapi maaf sebelum anda memnjawab, ada baiknya anda perhatikan dulu sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dalam kitabnya jilid 4 hlm 147:
Dalam hadits ini dikatkaan: ketika Rasulullah berdoa, Ya Allah berkatilah kami, Syam kami dan Yaman kami. maka Shabat yang dari Nejad (Nejad adalah ibu kota saudi arabiya)  berkata, doakan juga Nejad kamai ya Rasulullah. Beliau tetap berkata seperti tadi. Ketika mereka memohon lagi agar Rasul mendoakan Nejadnya. Rasul menjawab, disana (Nejad maksudnya) akan timbul goncangan, fitnah dan akan muncul tanduk Syaitan.

Fakta sejarah mengatakan: kampung halaman Muhammad bin Wahab adalah di Nejad. Dan dari sana jugalah ajaran wahabi dikembangkan.

Apakah anda tau bagaimana cara Muhammad bin Wahab memulainya? Dia bersatu dengan Muhamamad bin Sha’ud. Untuk memerangi pemerintahan yang dipimpinan oleh Syarif al Husain dibawah kerajaan turki ‘Ustmany. Kerajaan tersebut membolehkan 4 mazhab, dan setiap orang boleh menganut salah satu dari mazhab yang empat.
    Muhammad bin Wahab (pentolan wahabi, yang sekarang ini pengikutnya menjadi beberapa golongan yang kami tau,  yaitu: Salafy, Muhammadiyah, MMI, Hidayatullah, Hizbu Tahrir, MTA, dan mungkin banyak lagi golangan lainnya). Muhammad bin wahab berusaha menghancurkan pemerintahan tersebut, dengan cara menggoncang, memfitnah, dan menanduk fatwa-fatwa ulama’ yang ada, dan segala macam cara di tempuhnya, hinga ahirnya, berubahlah namanya menjadi Arab Sa’udi. Kebiasaan itu tidak berubah sampai saat ini, yaitu: Wahabi selalau membuat goncangan dimana mana, walaupun tidak semuanya. Sebagian mereka, Memfitnah Ulama, dan menanduk fatwa-fatwanya, seperti apa yang dikatakan dalam hadits diatas.
    Maulid Nabi di tanduknya.
    Tahlilan di goncangnya.
    Ulama’ yang membenarkan Qunut di fitnahnya.
    Dan banyak lagi masalah yang lainnya.

Para pembaca yang berfikir, Tolong pikirkan!!!

Kalau hadits diatas ini bukan untuk Muhammad bin Wahab, tolong tunjukkan siapa gantinya. Karena hadits itu sahih dan bukan hanya dalam riwayat Imam bukari saja.

Tidak mungkin nabi berkata begitu kalau tidak ada pelakuknya. Dan fakta itu bukan hanya berhenti pada Muhammad bin wahab saja, tetapi hampir seluruh pengikutnya bersifat sama. Seperti Muhammadiah misalnya. Mereka selalu menuding amalan yang dikerjakan oleh kaum kita, yang sangat mengherankan kita adalah, kalangan yang tidak pandai membaca Quran pun ikut menyalah-nyalahkannya, padahal ulama dahulu membenarkannya. coba perhatikan dan coba pikirkan.

    Kadang-kadang timbul sedikit dalam benak kami, apakah Ilmu untuk menyalahkan orang lain lebih di utamakan dalam kelompoknya ketimbang mempelajari quran? Maaf ! tidak semua Muhammadiah yang kami tau mahir membaca quran, tetapi hampir semua muhammadiah yang kami tau, pandai menyalah-nyalahkan Ulama’ syafi’iah.  Apakah hal yang seperti ini benar benar diajarkan dalam kelompok tersebut? Wallahu A’lam.

Rasulullah bersabda:
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. Bersabda: jika ada seseorang berkata, “Orang banyak (sekarang ini) sudah rusak” maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rusak diantara mereka. (HR Muslim)
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda, apa bila umatku telah melakukan 15 perkara maka bala pasti akan turun pada mereka, salah satunya adalah, UMAT AHIR INI MENCACI GENERASI DAHULU. Maka ketika itu hendaklah mereka menanti agin merah, atau gempa bumi, ataupun mereka akan dirobah menjadi makhluk lain  (HR turmuzi)

Perlu diketahui adalah: kelompok SUNNI jauh lebih banyak daripada kelompok WAHABY. Kelompok wahabi ini selalu menuduh orang yang bukan wahabi sebagai syirik, sesat bidah, dan lainnya. Merekalah yang pantas masuk syorga. Kalaulah benar seperti apa yang mereka yakini, lalu bagaimanakan dengan ayat ini: 
(yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.(al Waqi’ah 39-40)

Ayat ini mengatakan bahwa, yang masuk syorga itu golongan besar juga dari umat yang belakangan. Pertanyaannya, apakah kelompom mereka lebih besar dari kelompok SUNNI? Kalau mereka berkata, kelompok SUNNI itu banyak yang bejat, ya itu betul. Tapi apakah WAHABY juga dapat dipastikan baik semua?. Kelompok WAHABI itu terdiri dari:
1.    Salafi
2.    Muhammadiyyah.
3.    MTA.
4.    HT.
5.    Hidayatullah.
6.    Dan mungkin yang lainnya.
Apakah mereka dapat menjamin anggotanya baik semua? Perlu kita tuntaskan adalah: tidak dalam satu golongan itu pasti baik semua. Masa rasul saja ada yang munafik apa lagi zaman kita ini. Andaikan kelompok SUNNI itu dipilih yang baik-baik dan kelompok WAHABI pun dipilih yang baik-baik juga, namun jumlahnya tetap lebih banyak yang SUNNI juga. Kalau kita lihat lagi ayat diatas, kelompok mana yang yang disebutkan itu? jawablah dengan jujur. Kami bukannya mengkotak-kotakkan umat ini, tetapi kami tunnukkan hal ini hanya untuk meredam tudingan WAHABI terhadap kelompok SUNNI kafir, syirik dal lainnya, itu saja. Wallahu A’lam.
لإمام العلامة الأصولي الفقيه النحوي الولي الصالح، أبو عبد الله محمد بن محمد بن عبد الرحمن بن حسين الرُّعَيْنيّ، المغربي الأصل، ينحدر من أصل أندلسي، المالكي المذهب، المكي المولد والوفاة.
ولد ليلة الأحد ثامن عشر من شهر رمضان المبارك، سنة اثنين وتسعمائة للهجرة.
نشأ نشأة صالحة، حيث رباه والده الولي الصالح، فقرأ على والده العلوم، ونهل منه الفنون، وكان إمامُنا محباً للعلم ومثابراً عليه، محققاً فاضلاً، لا يمل ولا يكل.
ألّف في فنون العلم، فكتب في الفقه وأصوله، والنحو والمواريث، وغير ذلك.
وتوفي رحمه الله يوم الأحد تاسع ربيع الثاني، سنة أربع وخمسين وتسعمائة للهجرة، بمكة المكرمة
الإمام ابن آجروم الصِّنهاجي الفاسي (ت 723هـ)


الحمد للّه تعالى الّذي ﴿ عَلَّمَ الْقُرْآنَ * خَلَقَ الْإِنْسَانَ * عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ﴾[1]، والصّلاة والسّلام على نبيِّنا محمّد بن عبد اللّه، أفصح مَن نطق بالضّاد، وخير مَن جرى لسانُه بالعربيّة مِن وُلْدِ مَعدِّ بن عدنان ويَعْرُبَ بنِ قَحْطان، وعلى آله الأطهار، وصحابته الأبرار، والتّابعين لهم بإحسان ما اختلفَ اللّيلُ والنّهار.



ترجمة[2] الإمام ابنِ آجُرُّوم[3]: هو محمّد بن محمّد بن داود[4] أبو عبداللّه الصِّنهاجي[5] الفاسي النّحوي الفقيه المقرئ المالكي الأستاذ، الشّهير بابن آجُرُّوم[6] بالمدّ، وآجُرُّوم[7] كلمة بربريّة معناها الفقير الصُّوفي، وهي لقبُ تشريفٍ تقوم مقامَ السَّيِّد بالعربيّة، (ويقال: إنّ جدّه داود هو أوّل مَن عُرف بها)[8]، و(قد كان من مؤدِّبي أهل مدينة فاس)[9].



وُلِدَ ابنُ آجُرُّوم بفاس عام اثنتين وسبعين وستّمئة 672هـ[10] = 1273م في السّنة الّتي تُوفِّي فيها ابنُ مالك الطّائي صاحب الألفيّة[11]، درسَ بفاس، وَوُصِف بالإمامة في علم النّحو، وكان على قدرٍ كبيرٍ من الصّلاح، يشهد بذلك عموم نفع المبتدئين بمقدّمته، (قال ابنُ الحاج: يَدُلُّك على صلاحه أنّ اللّه جعل الإقبالَ على كتابه، فصارَ غالبُ النّاس أوّل ما يقرأ بعد القرآن العظيم هذه المقدّمة فيحصل له النّفعُ في أقرب مدّة )[12].



وكان موصوفًا بالبركة، ومقدّمتُه الشّهيرة بـ (الآجُرُّوميّة)، أو (الجُرُّوميّة)[13] الّتي ألّفَها تجاه الكعبة الشّريفة[14]، شاهد على ذلك، (ويقال: لمّا ألّفَ هذا المتنَ كان في مجلسٍ عالٍ فطيّرته الرّيحُ؛ فقال: اللّهمّ إن كان خالصًا لوجهك فردّه عليّ؛ فردّه عليه معقبا )[15]، (وحُكي أيضا أنّه لمّا ألّفه ألقاه في البحر، وقال: إن كان خالصا للّه تعالى فلا يبلّ، وكان الأمر كذلك )[16].



وقيل: إنّه كان على مذهب الكوفيّين في النّحو[17]؛ أُخذ ذلك من توظيفه لبعض اصطلاحاتهم كـ (الخَفْضِ)[18] بدل الجَرِّ، وحُكمِه على (فعل الأمر) بأنّه مجزوم[19]، وهو رأي الكوفيّين، وذكرِه (كَيْفَما) ضمن الجوازم[20]، وأنكر البصريّون ذلك.



ولعلّه خلط المذهبين، صرّح بذلك عبد اللّه كنون في ذكريات المشاهير (ص431 - 433) ناقلا شواهد كثيرة عن العلاّمة السّوداني[21] بما لا مزيد عليه.



أولاده: سكتت أغلب مصادر ترجمته عن ذكر ولده، والّذي وقفت عليه منهم اثنان، هما:

• عبد الله بن محمّد أبو محمّد الأستاذ الكبير [22].

• محمّد بن محمّد أبو المكارم[23] المدعو بـ: مَنْدِيل الأستاذ المحقّق النّاظم النّاثر[24].



شيوخه: منهم:

1- الشّيخ الإمام محمّد بن يوسف أبو حيّان النّحوي الغرناطي صاحب البحر المحيط في التّفسير[25] (ت:

745هـ)، ويُعدُّ من أشهرهم.

2- الإمام محمّد بن القصّاب أبو عبد الله[26].

3- الشّيخ محمّد بن عبد الرّحيم بن عبد الرّحمن بن الطيّب أبو القاسم القيسي الضّرير[27].

4- عبد الملك بن موسى أبو مروان[28].



تلامذته[29]: منهم:

1- ابنه عبدالله بن محمّد أبو محمّد[30].

2- ابنه محمّد بن محمّد أبو المكارم المدعو ب: مَنْدِيل، ويُكنى: أبو عبداللّه[31].

3- الشّيخ أحمد بن محمّد بن شعيب أبو العبّاس الجَزنائي الطّبيب[32].

4- الأستاذ عبداللّه بن عمر أبو محمّد الوانغيلي الفقيه النّحوي الضّرير (ت: 779هـ)[33].

5- محمّد بن عليّ بن عمر بن يحيى بن العربي الغسّاني النّحوي[34].

6- محمّد بن إبراهيم بن إسحاق أبو عبد الله القاضي الحضرمي[35].

7- أحمد بن محمّد ابن حزب الله أبو العبّاس السّاعدي الخزرجي النّحوي[36].

8- ابن حكم[37].

9- محمّد بن أحمد بن يعلى الحسني[38].



مؤلَّفاته: قال السّيوطي في بغية الوعّاة (1 /238): (ثمّ رأيتُ بخطِّ ابن مكتوم في تذكرته، فقال: محمّد بن محمّد الصِّنهاجي أبو عبد الله من أهل فاس، يُعرف بأكروم، نحويّ مقريء، وله معلومات من فرائض وحساب وأدب بارع، وله مصنّفات وأراجيز في القراءات وغيرها، وهو مقيم بفاس، يفيد أهلها من معلوماته المذكورة، والغالب عليه معرفة النّحو والقراءات ).



وهذه جريدة لبعض ما وقفت عليه من مؤلَّفاته - رحمه اللّه تعالى -:

1- المقدّمة الآجُرُّوميّة في علم العربيّة[39].

2- فرائد المعاني في شرح حرز الأماني ووجه التّهاني[40].

3- أرجوزة البارع في أصل مقرإ الإمام نافع[41].

4- الاستدراك على هداية المرتاب (نظم)[42].

5- التّبصير في نظم التّيسير (نظم)[43].

6- ألفات الوصل[44].

7- روض المنافع[45].



وفاته: كانت وفاته يوم الأحد[46] بعد الزّوال لِعشرٍ بقيت من صفر الخير عام ثلاثة وعشرين وسبعمئة (723 هـ[47] - 1323م)، وله إحدى وخمسون سنة، ودُفن من الغد بعد صلاة الظهر بباب الجِيزين[48] المعروفة بباب الحَمْراء عن يمين باب الفتوح بمدينة فاس - رحمه اللّه تعالى -.



مصادر ترجمته:

1- الأعلام (7 /33).

2- اكتفاء القنوع بما هو مطبوع (1 /304 - 305).

3- بغية الوعّاة (1 /238 رقم 434).

4- تحقيق الآجُرُّوميّة (11 - 15).

5- ديوان الإسلام (1 /163 - 164 رقم 242 حرف الهمزة).

6- شذرات الذهب (6 /62).

7- الضّوء اللّامع (9 /82، 11 /196).

8- كشف الظنون (2 /1796 - 1798).

9- معجم المطبوعات (1 /25 - 26).

10- معجم المؤلّفين (3 /641 - 642).

11- هديّة العارفين (2 /145).

12- جذوة الاقتباس (1 /221 رقم 189).

13- سلوة الأنفاس (2 /126 - 128 رقم 537).

14- تاج العروس (31 /395 جرم).

15- دائرة معارف القرن العشرين (1 /79 أجر).

16- درّة الحجال (2 /109 رقم 552).

17- شجرة النّور الزّكيّة (ص 217 رقم 762).

18- نيل الابتهاج (ص43).

19- ذكريات مشاهير رجال المغرب في العلم والأدب والسّياسة (ص422).

20- موسوعة أعلام المغرب (2/ 606).

Tuesday, April 26, 2016

جلال الدين المحلي: هو محمد بن أحمد بن إبراهيم بن أحمد بن هاشم الجلال أبو عبد الله بن الشهاب أبي العباس بن الكمال الأنصاري المحلي القاهري الشافعي.

وهو منسوب إلى المحلة الكبرى الغربية وهي مدينة مشهورة في مصر يعرف بالجلال المحلي أو جلال الدين المحلي وأطلق عليه ابن العماد لقب (تفتازاني العرب)، ولد في شوال سنة إحدى وتسعين وسبعمائه بالقاهرة نشأ في القاهرة وقرأ القرآن وكتباً، واشتغل في عدة فنون، فدرس الفقه وأصوله، والعربية والنحو والفرائض، والحساب، والمنطق، والجدل والبيان، والمعاني، والعروض، ودرس التفسير وأصول الدين وعلوم الحديث، وتفنن في العلوم العقلية والنقلية.

وتتلمذ على عدد كبير من الشيوخ نذكر منهم:

1- سراج الدين بن الملقن.

2- سراج الدين البلقيني.

3- برهان الدين إبراهيم الأبناسي.

4- الحافظ ابن حجر العسقلاني.

وممن تتلمذ على جلال الدين المحلي:

1- جلال الدين السيوطي.

2- شمس الدين السخاوي.

3- نور الدين السمهودي. وخلق كثير.

اتصف جلال الدين المحلي بصفات العلماء العاملين، وكان مهاباً وقوراً عليه سيما الخير، وكان رجاعاً إلى الحق وكان زاهداً في المناصب، فقد عرض عليه القضاء بعد وفاة الحافظ ابن حجر فأبى، وكان يقول لأصحابه إنه لا طاقة لي على النار، وكان المحلي شديد الذكاء حيث قال بعض العلماء عنه: أن ذهنه يثقب الماس.

وقال عنه تلميذه السيوطي: كان غرة هذا العصر في سلوك طريق السلف على قدم الصلاح والورع، والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر يواجه بذلك الظلمة والحكام ويأتون إليه فلا يلتفت إليهم ولا يأذن لهم بالدخول عليه.

من مؤلفاته:

- تفسير القرآن الكريم من أول سورة الكهف إلى آخر القرآن، أكمله تلميذه جلال الدين السيوطي على نفس النمط وهو المسمى بتفسير الجلالين.

- شرح جمع الجوامع في أصول الفقه للسبكي واسمه (البدر الطالع بشرح جمع الجوامع) وهو مطبوع.

- شرح ورقات إمام الحرمين في أصول الفقه.

- شرح منهاج الإمام النووي في الفقه الشافعي واسمه (كنز الراغبين شرح منهاج الطالبين) وهو مطبوع.

وكتب أخرى كثيرة لا يسع المقام لذكرها.

مرض الإمام جلال الدين المحلي في منتصف شهر رمضان سنة 863هـ واستمر مريضاً إلى أن توفاه الله سبحانه وتعالى في يوم السبت أول محرم سنة 864هـ الموافق 1459م، وللمزيد من الفائدة راجع مقدمة شرح الورقات في أصول الفقه لجلال الدين المحلي.

والله أعلم.
الامام النّـــــــووي
‏نسَبُه‏:‏
هو الإِمام الحافظ شيخ الإسلام محيي الدين أبو زكريا يحيى بن شرف بن مُرِّي بن حسن بن حسين بن محمد بن جمعة بن حِزَام، النووي نسبة إلى نوى، وهي قرية من قرى حَوْران في سورية، ثم الدمشقي الشافعي، شيخ المذاهب وكبير الفقهاء في زمانه‏.‏

موْلدُه ونشأته‏:‏
ولد النووي رحمه اللّه تعالى في المحرم من 631 هـ في قرية نوى من أبوين صالحين، ولما بلغ العاشرة من عمره بدأ في حفظ القرآن وقراءة الفقه على بعض أهل العلم هناك، وصادف أن مرَّ بتلك القرية الشيخ ياسين بن يوسف المراكشي، فرأى الصبيانَ يُكرِهونه على اللعب وهو يهربُ منهم ويبكي لإِكراههم ويقرأ القرآن. فذهب إلى والده ونصحَه أن يفرّغه لطلب العلم، فاستجاب له‏.‏ وفي سنة 649 هـ قَدِمَ مع أبيه إلى دمشق لاستكمال تحصيله العلمي في مدرسة دار الحديث، وسكنَ المدرسة الرواحية، وهي ملاصقة للمسجد الأموي من جهة الشرق‏.‏ وفي عام 651 هـ حجَّ مع أبيه ثم رجع إلى دمشق‏.‏

حَيَاته العلميّة‏:‏
تميزت حياةُ النووي العلمية بعد وصوله إلى دمشق بثلاثة أمور‏:‏
الأول‏:‏ الجدّ في طلب العلم والتحصيل في أول نشأته وفي شبابه، وقد أخذ العلم منه كلَّ مأخذ، وأصبح يجد فيه لذة لا تعدِلُها لذة، وقد كان جادّاً في القراءة والحفظ، وقد حفظ التنبيه في أربعة أشهر ونصف، وحفظ ربع العبادات من المهذب في باقي السنة، واستطاع في فترة وجيزة أن ينال إعجاب وحبَّ أستاذه أبي إبراهيم إسحاق بن أحمد المغربي، فجعلَه مُعيد الدرس في حلقته‏.‏ ثم درَّسَ بدار الحديث الأشرفية، وغيرها‏.‏
الثاني‏:‏ سعَة علمه وثقافته، وقد جمع إلى جانب الجدّ في الطلب غزارة العلم والثقافة المتعددة، وقد حدَّثَ تلميذُه علاء الدين بن العطار عن فترة التحصيل والطلب، أنه كان يقرأ كلَّ يوم اثني عشر درساً على المشايخ شرحاً وتصحيحاً، درسين في الوسيط، وثالثاً في المهذب، ودرساً في الجمع بين الصحيحين، وخامساً في صحيح مسلم، ودرساً في اللمع لابن جنّي في النحو، ودرساً في إصلاح المنطق لابن السكّيت في اللغة، ودرساً في الصرف، ودرساً في أصول الفقه، وتارة في اللمع لأبي إسحاق، وتارة في المنتخب للفخر الرازي، ودرساً في أسماء الرجال، ودرساً في أصول الدين، وكان يكتبُ جميعَ ما يتعلق بهذه الدروس من شرح مشكل وإيضاح عبارة وضبط لغة‏.‏
الثالث‏:‏ غزارة إنتاجه، اعتنى بالتأليف وبدأه عام 660 هـ، وكان قد بلغ الثلاثين من عمره، وقد بارك اللّه له في وقته وأعانه، فأذابَ عُصارة فكره في كتب ومؤلفات عظيمة ومدهشة، تلمسُ فيها سهولةَ العبارة، وسطوعَ الدليل، ووضوحَ الأفكار، والإِنصافَ في عرض أراء الفقهاء، وما زالت مؤلفاته حتى الآن تحظى باهتمام كل مسلم، والانتفاع بها في سائر البلاد‏.‏
ويذكر الإِسنوي تعليلاً لطيفاً ومعقولاً لغزارة إنتاجه فيقول‏:‏ ‏"‏اعلم أن الشيخ محيي الدين رحمه اللّه لمّا تأهل للنظر والتحصيل، رأى في المُسارعة إلى الخير؛ أن جعل ما يحصله ويقف عليه تصنيفاً، ينتفع به الناظر فيه، فجعل تصنيفه تحصيلاً، وتحصيله تصنيفاً، وهو غرض صحيح، وقصد جميل، ولولا ذلك لما تيسر له من التصانيف ما تيسر له‏"‏‏.‏
ومن أهم كتبه‏:‏ شرح صحيح مسلم‏"‏ و‏"‏المجموع‏"‏ شرح المهذب، و‏"‏رياض الصالحين‏"‏، و‏"‏تهذيب الأسماء واللغات‏"‏، ‏"‏والروضة روضة الطالبين وعمدة المفتين‏"‏، و‏"‏المنهاج‏"‏ في الفقه و ‏"‏الأربعين النووية‏"‏، و‏"‏التبيان في آداب حَمَلة القرآن‏"‏، والأذكار ‏"‏حلية الأبرار وشعار الأخيار في تلخيص الدعوات والأذكار المستحبّة في الليل والنهار‏"‏، و‏"‏الإِيضاح‏"‏ في المناسك‏.‏

شيوخه‏:‏ شيوخه في الفقه‏:‏
1ـ عبد الرحمن بن إبراهيم بن سباع الفزاري، تاج الدين، عُرف بالفِرْكاح، توفي سنة 690 هـ‏.‏
-2ـ إسحاق بن أحمد المغربي، الكمال أبو إبراهيم، محدّث المدرسة الرواحيّة، توفي سنة 650 هـ‏.‏
-3ـ عبد الرحمن بن نوح بن محمد بن إبراهيم بن موسى المقدسي ثم الدمشقي، أبو محمد، مفتي دمشق، توفي سنة 654 هـ‏.‏
-4ـ سلاَّر بن الحسن الإِربلي، ثم الحلبي، ثم الدمشقي، إمام المذهب الشافعي في عصره، توفي سنة 670 هـ‏.‏
شيوخه في الحديث‏:‏
1ـ إبراهيم بن عيسى المرادي، الأندلسي، ثم المصري، ثم الدمشقي، الإِمام الحافظ، توفي سنة 668 هـ‏.‏
-2ـ خالد بن يوسف بن سعد النابلسي، أبو البقاء، زين الدين،الإِمام المفيد المحدّث الحافظ توفي سنة 663 هـ‏ -3ـ عبد العزيز بن محمد بن عبد المحسن الأنصاري، الحموي، الشافعي، شيخ الشيوخ، توفي سنة 662 هـ‏.‏
-4ـ عبد الرحمن بن أبي عمر محمد بن أحمد بن محمد بن قُدامة المقدسي، أبو الفرج، من أئمة الحديث في عصره، توفي سنة 682 هـ‏.‏
-5ـ عبد الكريم بن عبد الصمد بن محمد الحرستاني، أبو الفضائل، عماد الدين، قاضي القضاة، وخطيب دمشق‏.‏ توفي سنة 662 هـ‏.‏
-6ـ إسماعيل بن أبي إسحاق إبراهيم بن أبي اليُسْر التنوخي، أبو محمد تقي الدين، كبير المحدّثين ومسندهم، توفي سنة 672 هـ‏.‏
-7ـ عبد الرحمن بن سالم بن يحيى الأنباري، ثم الدمشقي الحنبلي، المفتي، جمال الدين‏.‏ توفي سنة 661 هـ‏.‏
ومنهم‏:‏ الرضي بن البرهان، وزين الدين أبو العباس بن عبد الدائم المقدسي، وجمال الدين أبو زكريا يحيى بن أبي الفتح الصيرفي الحرّاني، وأبو الفضل محمد بن محمد بن محمد البكري الحافظ، والضياء بن تمام الحنفي، وشمس الدين بن أبي عمرو، وغيرهم من هذه الطبقة‏.‏
شيوخه في علم الأصول‏:‏ أما علم الأصول، فقرأه على جماعة، أشهرهم‏:‏ عمر بن بندار بن عمر بن علي بن محمد التفليسي الشافعي، أبو الفتح‏.‏ توفي سنة 672 هـ‏

شيوخه في النحو واللغة‏:‏ وأما في النحو واللغة، فقرأ على‏:‏ الشيخ أحمد بن سالم المصري النحوي اللغوي، أبي العباس، توفي سنة 664 هـ‏.‏
والفخر المالكي‏.‏ والشيخ أحمد بن سالم المصري‏.‏

مسموعاته‏:‏
سمع النسائي، وموطأ مالك، ومسند الشافعي، ومسند أحمد بن حنبل، والدارمي، وأبي عوانة الإِسفراييني، وأبي يعلى الموصلي، وسنن ابن ماجه، والدارقطني، والبيهقي، وشرح السنّة للبغوي، ومعالم التنزيل له في التفسير، وكتاب الأنساب للزبير بن بكار، والخطب النباتية، ورسالة القشيري، وعمل اليوم والليلة لابن السني، وكتاب آداب السامع والراوي للخطيب البغدادي، وأجزاء كثيرة غير ذلك‏.‏

تلاميذه‏:‏
وكان ممّن أخذ عنه العلم‏:‏ علاء الدين بن العطار، وشمس الدين بن النقيب، وشمس الدين بن جَعْوان، وشمس الدين بن القمَّاح، والحافظ جمال الدين المزي، وقاضي القضاة بدر الدين بن جماعة، ورشيد الدين الحنفي، وأبو العباس أحمد بن فَرْح الإِشبيلي، وخلائق‏.‏

أخلاقُهُ وَصفَاتُه‏:‏
أجمعَ أصحابُ كتب التراجم أن النووي كان رأساً في الزهد، وقدوة في الورع، وعديم النظير في مناصحة الحكام والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، ويطيب لنا في هذه العجالة عن حياة النووي أن نتوقف قليلاً مع هذه الصفات المهمة في حياته‏:‏
الزهد‏:‏ تفرَّغَ الإِمام النووي من شهوة الطعام واللباس والزواج، ووجد في لذّة العلم التعويض الكافي عن كل ذلك‏.‏ والذي يلفت النظر أنه انتقل من بيئة بسيطة إلى دمشق حيث الخيرات والنعيم، وكان في سن الشباب حيث قوة الغرائز، ومع ذلك فقد أعرض عن جميع المتع والشهوات وتحقق في التقشف وشظف العيش‏.‏

الورع‏:‏
وفي حياته أمثلة كثيرة تدلُّ على ورع شديد، منها أنه كان لا يأكل من فواكه دمشق، ولما سُئل عن سبب ذلك قال‏:‏ إنها كثيرة الأوقاف، والأملاك لمن تحت الحجر شرعاً، ولا يجوز التصرّف في ذلك إلا على وجه الغبطة والمصلحة، والمعاملة فيها على وجه المساقاة، وفيها اختلاف بين العلماء‏.‏ ومن جوَّزَها قال‏:‏ بشرط المصلحة والغبطة لليتيم والمحجور عليه، والناس لا يفعلونها إلا على جزء من ألف جزء من الثمرة للمالك، فكيف تطيب نفسي‏؟‏‏.‏ واختار النزول في المدرسة الرواحيّة على غيرها من المدارس لأنها كانت من بناء بعض التجّار‏.‏
وكان لدار الحديث راتب كبير فما أخذ منه فلساً، بل كان يجمعُها عند ناظر المدرسة، وكلما صار له حق سنة اشترى به ملكاً ووقفه على دار الحديث، أو اشترى كتباً فوقفها على خزانة المدرسة، ولم يأخذ من غيرها شيئاً‏.‏ وكان لا يقبل من أحد هديةً ولا عطيّةً إلا إذا كانت به حاجة إلى شيء وجاءه ممّن تحقق دينه‏.‏ وكان لا يقبل إلا من والديه وأقاربه، فكانت أُمُّه ترسل إليه القميص ونحوه ليلبسه، وكان أبوه يُرسل إليه ما يأكله، وكان ينام في غرفته التي سكن فيها يوم نزل دمشق في المدرسة الرواحية، ولم يكن يبتغي وراء ذلك شيئاً‏.‏

مُناصحَتُه الحُكّام‏:‏
لقد توفرت في النووي صفات العالم الناصح الذي يُجاهد في سبيل اللّه بلسانه، ويقوم بفريضة الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، فهو مخلصٌ في مناصحته وليس له أيّ غرض خاص أو مصلحة شخصية، وشجاعٌ لا يخشى في اللَّه لومة لائم، وكان يملك البيان والحجة لتأييد دعواه‏.‏
وكان الناسُ يرجعون إليه في الملمّات والخطوب ويستفتونه، فكان يُقبل عليهم ويسعى لحلّ مشكلاتهم، كما في قضية الحوطة على بساتين الشام‏:‏
لما ورد دمشقَ من مصرَ السلطانُ الملكُ الظاهرُ بيبرسُ بعد قتال التتار وإجلائهم عن البلاد، زعم له وكيل بيت المال أن كثيراً من بساتين الشام من أملاك الدولة، فأمر الملك بالحوطة عليها، أي بحجزها وتكليف واضعي اليد على شيءٍ منها إثبات ملكيته وإبراز وثائقه، فلجأ الناس إلى الشيخ في دار الحديث، فكتب إلى الملك كتاباً جاء فيه‏:‏ ‏"‏وقد لحق المسلمين بسبب هذه الحوطة على أملاكهم أنواعٌ من الضرر لا يمكن التعبير عنها، وطُلب منهم إثباتٌ لا يلزمهم، فهذه الحوطة لا تحلّ عند أحد من علماء المسلمين، بل مَن في يده شيء فهو ملكه لا يحلّ الاعتراض عليه ولايُكلَّفُ إثباته‏"‏ فغضب السلطان من هذه الجرأة عليه وأمر بقطع رواتبه وعزله عن مناصبه، فقالوا له‏:‏ إنه ليس للشيخ راتب وليس له منصب‏.‏ ولما رأى الشيخ أن الكتاب لم يفِدْ، مشى بنفسه إليه وقابله وكلَّمه كلاماً شديداً، وأراد السلطان أن يبطشَ به فصرف اللَّه قلبَه عن ذلك وحمى الشيخَ منه، وأبطلَ السلطانُ أمرَ الحوطة وخلَّصَ اللَّه الناس من شرّها‏.‏

وَفَاته‏:‏
وفي سنة 676 هـ رجع إلى نوى بعد أن ردّ الكتب المستعارة من الأوقاف، وزار مقبرة شيوخه، فدعا لهم وبكى، وزار أصحابه الأحياء وودّعهم، وبعد أن زار والده زار بيت المقدس والخليل، وعاد إلى نوى فمرض بها وتوفي في 24 رجب‏.‏ ولما بلغ نعيه إلى دمشق ارتجّت هي وما حولها بالبكاء، وتأسف عليه المسلمون أسفاً شديداً، وتوجّه قاضي القضاة عزّ الدين محمد بن الصائغ وجماعة من أصحابه إلى نوى للصلاة عليه في قبره، ورثاه جماعة، منهم محمد بن أحمد بن عمر الحنفي الإِربلي، وقد اخترت هذه الأبيات من قصيدة بلغت ثلاثة وثلاثين بيتاً‏:‏
عزَّ العزاءُ وعمَّ الحادث الجلل * وخاب بالموت في تعميرك الأمل
واستوحشت بعدما كنت الأنيس لها * وساءَها فقدك الأسحارُ والأصلُ
وكنت للدين نوراً يُستضاء به * مسدَّد منك فيه القولُ والعملُ
زهدتَ في هذه الدنيا وزخرفها * عزماً وحزماً ومضروب بك المثل
أعرضت عنها احتقاراً غير محتفل * وأنت بالسعي في أخراك محتفل
وهكذا انطوت صفحة من صفحات عَلَمٍ من أعلاَم المسلمين، بعد جهاد في طلب العلم، ترك للمسلمين كنوزاً من العلم، لا زال العالم الإسلامي يذكره بخير، ويرجو له من اللَّه تعالى أن تناله رحماته ورضوانه‏.‏
رحم اللّه الإِمام النووي رحمة واسعة، وحشره مع الذين أنعم اللّه عليهم من النبيين والصدّيقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقاً، وجمعنا به تحت لواء سيدنا محمد صلى اللّه عليه وسلم‏.‏


أقول:
هذا وقد ذكر لنا أنه كان في آخر عمره من الابدال.
ويدل على ذلك قصة ، لو ذكرها لنا من يحفظها.
الإمام عبد الله الشرقاوي اسمه
عبد الله بن حجازي بن إبراهيم الشرقاوي.

الميلاد:
ولد الإمام عبد الله الشرقاوي -رحمه الله- في قرية الطويلة، من ضواحي بلبيس، بالقرب من قرية القرين في محافظة الشرقية سنة 1150هـ.

نسبته:
نسب إلى الشرقية.

نشأته ومراحل تعليمه:
حفظ في طفولته القرآن الكريم في (القرين) حيث نشأ بها، وتطلع إلى المعرفة فشد رحاله إلى الجامع الأزهر حيث درس على كثير من أعلام علمائه، مثل: الشهاب الملوي، والشهاب الجوهري، والعلامة الشيخ علي الصعيدي، والشيخ الإمام الحفني، والشيخ الإمام الدمنهوري.
ومال بفطرته الطبيعية إلى التصوف، فتلقن مبادئ الطريقة الخلوتية على الإمام الشيخ الحفني، ثم اتصل بالصوفي الشهير العارف بالله الشيخ محمود الكردي ولازمه، فرباه وأرشده، وقطع به مدارج الطريق، ولقَّنه أسراره فأصبح في مقدمة المريدين وطليعتهم.
وقد تقلبت به الأحوال فتجرع مرارة الفقر كما ذاق حلاوة اليسر، وعاش في ظلال الخمول والنسيان، كما عاش في أضواء الجاه والسلطان، فاستفاد خبرة وتجربة ضمها إلى ما استفاده من علم وعرفان إلى ما أحرزه من مجاهدة روحية في مجال السلوك الصوفي، فصقلته التجارب وهذَّبته المعارف، وزكَّته النفحات، وبهذا نال الصدارة في دنياه، وفاز بالزلفى إلى الله في أخراه.

تلاميذه:
من العلماء الذين تعلموا على يد الإمام الشرقاوي -رحمه الله- الفقيه النبيه الشيخ حسين بن الكاشف، الذي جذبه الإمام الشرقاوي إليه، فانخلع من الإمارة والقيادة العسكرية، ولازم الشيخ وتفقَّه على يديه.
ومنهم العلامة الشهير إبراهيم البجيري الذي تخصص عليه في علم مصطلح الحديث.
ومن ألمعهم العلامة العمدة الشيخ محمد الدواخلي الذي لازم الشيخ الإمام في فقه مذهبه وغيره من المعقولات ملازمة كلية، وانتسب له، وصار من أخص تلاميذه.

أخلاقه:
كان الشيخ الإمام عبد الله الشرقاوي -رحمه الله- متسامحًا متساهلا، وقد خاض في حياته أحداثًا جسامًا، كان يلقاها بالمرونة والحكمة، وقد أعانته نزعته الصوفية على الرفق والتؤدة والتسامح، على الرغم مما قاساه من خصومة وعداء.

منزلته:
كان الشيخ عبد الله الشرقاوي -رحمه الله- شيخ علماء الشافعية ومفتيهم في عصره، وتنوع مؤلفاته في العلوم دليل على سعة علمه وفضله في الفقه والحديث والعقائد، وكما كان للشيخ رأي مسموع في الشؤون الدينية، كان له أيضًا رأي مسموع في الشؤون السياسية، فقد عاصر الشيخ -رحمه الله- الحملة الفرنسية على مصر، وقاد الشعب من أجل مقاومتها حينًا، ومن أجل التخفيف من شدة وطأتها على الشعب حينًا آخر، وطار صيته في كل مكان، وكتب عنه الأوربيون فصولا طوالا، وذهب كل من كتب عنه مذهبًا يتفق ومدى فهمه للأحداث الجسام التي وقعت في هذه الفترة القصيرة الحافلة في تاريخ الوطن.

مؤلفاته:
- التحفة البهية في طبقات الشافعية، ضمَّنه تراجم الشافعية حتى سنة 1212هـ، ورتَّبه على حروف المعجم، وتوجد منه نسخة خطية بدار الكتب المصرية.
- العقائد المشرقية في علم التوحيد.
- الجواهر السنية في شرح العقائد المشرقية -السابق ذكره- وتوجد منه نسخة خطية بدار الكتب المصرية.
- حاشية الشرقاوي على كتاب التحرير، للشيخ زكريا الأنصاري.
- حاشية على شرح الهدهدي على أم البراهين، المسماة بالصغرى لأبي عبد الله بن يوسف السنوسي، توجد منه نسخة خطية بدار الكتب المصرية.
- شرح حكم ابن عطاء الله السكندري، منه نسخة خطية بدار الكتب المصرية.
- ثبت الشرقاوي، ذكر فيه أسانيد شيوخه في التفسير، والحديث، والفقه، وفي الأحزاب والأوراد، توجد منه أربع نسخ خطية بدار الكتب.
- مختصر الشمائل وشرح المختصر، كلاهما من تأليفه.
- رسالة في (لا إله إلا الله).
- رسالة في مسألة أصولية في جمع الجوامع (أصول فقه).
- شرح رسالة عبد الفتاح العادلي في العقائد.
- شرح مختصر في العقائد والفقه والتصوف، مشهور في بلاد داغستان.
- شرح الحكم والوصايا الكردية في التصوف.
- شرح ورد السَّحر للبكري.
- مختصر مغني اللبيب لابن هشام في النحو والإعراب.
- فتح المبدي شرح مختصر الزبيدي في الحديث، طبعت منتخبات منه ومن شرح الشيخ الغزي على هامش كتاب التجريد الصريح لأحاديث الجامع الصحيح للبخاري.
- تحفة الناظرين فيمن ولي مصر من الولاة والسلاطين، مطبوع على هامش كتاب (لطائف الأول فيمن تصرف في مصر من الدول).
من هنا نرى غزارة علوم الإمام عبد الله الشرقاوي -رحمه الله- وتنوعها.

ولايته للمشيخة:
لما مات الشيخ أحمد العروسي شيخ الأزهر عام 1208هـ، تولَّى الإمام الشرقاوي مشيخة الأزهر بعده، وكان من المرشحين معه لتولِّي هذا المنصب العلمي والديني الجليل الشيخ مصطفى العروسي، لكنها آلت إلى الشيخ الشرقاوي، وأسندت له، وتولاها وهو موضع ثقة الجميع.

وفاته:
لقي الشيخ الإمام عبد الله الشرقاوي -رحمه الله- ربه يوم الخميس، الثاني من شوال سنة 1127هـ، وذكر الجبرتي أنه لما مات الشيخ الشرقاوي صلى عليه بالأزهر جمع كثير، ودُفِنَ في مدفنه الذي بناه لنفسه، فقد كان الشيخ الإمام عبد الله الشرقاوي -رحمه الله- ناظرًا على وقف وقفته السيدة الخاتون (خوند طغاي الناصرية) بالصحراء للصوفية والقراء، وكان الفرنسيون دمَّروه، فأنشأ الشيخ به مسجدًا وبنى لنفسه إلى جواره قبرًا وعقد عليه قبة، وجعل تحتها مقصورة بداخلها تابوت عالٍ مربع وبنى بجانبه قصرًا ملاصقًا له[فقط الأعضاء المسجلين يمكنهم رؤية الروابط. ].
وإن الباشا -الوالي- أصدر فرمانًا بعمل مولد سنوي له، واحتفى الناس بهذا المولد، وأقاموا الموائد ومدوا الأسمطة، وحضره جمع كبير من الفقهاء والمشايخ والأعيان.

مصادر ترجمته:
- الأزهر في اثني عشر عامًا، نشر إدارة الأزهر.
- الأزهر خلال ألف عام، للدكتور محمد عبد المنعم خفاجي 2/322-324.
- الأعلام للزركلي 4/78.
- شيوخ الأزهر، تأليف: أشرف فوزي.
- عجائب الآثار للجبرتي، نشر لجنة البيان العربي.
- كنز الجوهر في تاريخ الأزهر، تأليف: سليمان رصد الحنفي الزياتي.
- مشيخة الأزهر منذ إنشائها حتى الآن، تأليف: علي عبد العظيم 1/155-186.

------------
(1) عجائب الآثار 7/194.
------------
مصدر هذه الترجمة موقع دار الإفتاء المصري

Monday, April 25, 2016

الشيخ زين العابدين بن علي المعبري المليباري

مجلة الجامعة الاسلامية – المدينة المنورة

كان الشيخ زين الدين بن علي من جلة العلماء الهنود في القرن التاسع الهجري ( القرن الخامس عشر الميلادي) وصاحب مؤلفات عديدة باللغة العربية في العلوم الإسلامية والدعوة والإرشاد والفقه والتاريخ والنحو والصرف والعروض وغيرها ، ولعائلة الشيخ زين الدين يد طولى في نشر العلوم الإسلامية واللغة العربية وآدابها في الهند ، ولا تزال عائلته معروفة في بلدة "بوناني" في "مليبار" بولاية "كيرالا" الهندية ، عائلة علم وأدب ودعوة ويطلق عليها أهالي مليبار "عائلة المخدومين" و يدعي كل فرد منها بلقب "مخدوم" .

موطنه ومولده :

ولد زين الدين بن علي عام 873 هـ 1468 م في منطقة "معبر" الواقعة في الجنوب الشرقي لساحل مليبار بشبه القارة الهندية ، ومنطقة "كورا مندال" في أقصى جنوب الهند كان يسميها العرب المؤرخون "معبر" لأن الموانئ المنتشرة في هذه المنطقة الممتدة بين مدينة "كويلون" في جنوب كيرالا وبين مدينة "نلور" بمقاطعة مدراس ، وكانت مركزا لارتياد السفن التجارية للعرب في السواحل الهندية ، كما كانت بمثابة معبر رئيسي للسفن القادمة من سواحل جزيرة العرب والخليج العربي في طريقها إلى سيلان والصين وجاوا وغيرها من بلاد الشرق الأقصى ، وكذلك استوطنت في شواطئها جاليات عربية منذ عصور  قديمة .

معبر "مفتاح الهند"

ونظرا لمركز "معبر" الجغرافي والاقتصادي ، عرف ملكها باسم "ديور" أي الغنى ، وكانت لها علاقات تجارية وثقافية مع جهات الهند والبلدان المجاورة ، حتى اشتهرت معبر وكانت لها علاقات تجارية وثقافية مع جهات الهند والبلدان المجاورة ، حتى اشتهرت معبر بين التجار العرب وغيرهم باسم "مفتاح الهند" ، وكان ملكها "سوندرا بانديا" يحب التجار العرب كثيرا لما لهم من دور كبير في تنمية اقتصاد البلاد ورخائها ، فقد اختار الملك ، مسلما عربيا وهو "تقي الدين بن عبد الرحمن بن محمد الطيب" المولود في المدينة المنورة ليكون مستشارا له في الشؤون التجارية والاقتصادية ، ثم عينه واليا على مقاطعة – كايل باتنام – إحدى الموانئ الرئيسية في "معبر" .

ارتخاله إلى مليبار :

وفي بداية القرن العاشر الهجري ارتحل الشيخ زين الدين بن علي وأسرته من مسقط رأسه بمعبر إلى مليبار (كيرالا) التي نزلت في مدينة "كوتشين" ثم انتقلت إلى مدينة "بوناني" إحدى المراكز الأولى للمستوطنين العرب في شواطئ جنوب غربي الهند على بحر العرب ، ثم بنى الشيخ مسجدا جامعا كبيرا في بوناني ليكون مركزا لنشر الدعوة الإسلامية واللغة العربية بين أهالي مليبار .

مركز "بوناني" العلمي :

وبعد وصول الشيخ زين الدين بن علي إلى بوناني وبناء مسجد المدرسي فيها ، أصبحت هذه المدينة منار النور والعرفان ومحط رجال العلم والأدب القادمين من أرجاء الهند ومن مصر وسوريا ، فكان من بين المدرسين في هذا الجامع الشيخ شهاب الدين أحمد بن حجر الهيتمي (المتوفى سنة 909 هـ) ، ووضع الشيخ تصميم هذا المسجد الجامع ، بحيث يصلح لأن تعقد فيه حلقات الدروس ، ويقيم في زواياه وأروقته طلبة العلم الذين بفدون إليه من خارج المدينة ، وقام بالتدريس فيه كبار أساتذة العلوم الإسلامية والعربية مثل الشيخ "ابن حجر الهيتمي المذكور ، وتخرج من هذا المركز العلمي عدد كثير من العلماء الأعلام في علوم الإسلام واللغة العربية ، ومنهم نجل الشيخ زين الدين وحفيده ، الشيخان عبد العزيز بن زين الدين ، وزين الدين بن عبد العزيز المعروف بزين الدين الثاني ، فكانوا من جلة العلماء الهنود في الفقه والتوحيد والتاريخ الإسلامي في الهند ، وأصحاب مؤلفات عديدة باللغة العربية في هذه المواضيع .

وكان من العلماء الدعاة الذين درسوا العلوم الإسلامية في هذا الجامع المدرسي الشهير والدي المرحوم الشيخ مقار المولوي – المتوفى سنة 1969م – الذي قضى سنوات عمره كله في الدعوة إلى الله بالوعظ والإرشاد ، وبتوجيه من والدي ، قضيت فترة من الزمن ، في الثلاثينات من هذا القرن ، في مدينة "بوناني" أتلقى العلوم الإسلامية والعربية في جامع الشيخ زين الدين ، حسب النظام القديم المتبع فيه جيلا بعد جيل .

مؤلفات العربية

من مؤلفات الشيخ زين الدين بن علي في اللغة العربية "مرشد الطلاب" في الوعظ والإرشاد ، و"تحفة الأحباء" في السيرة النبوية و "إرشاد القاصدين" وهو مختصر لكتاب "منهاج العابدين" للإمام الغزالي ، و"شعب الإيمان" وهو ترجمة عربية لكتاب فارسي بهذا الاسم للسيد "نور الدين أيجي" و "كفاية الفرائض" في علم الميراث ، وكتب أيضا هي شروح قيمة باللغة العربية لبعض كتب العروض والنحو ، ومنها كتاب "القافية" لابن حاجب و "الألفية" لابن مالك / ز"تحفة" لابن الوردي" و"الإرشاد" لابن المقري .

مؤلفات المنظومة

وصنف الشيخ زين الدين بن علي بعض الكتب منظومة باللغة العربية منها "أرحوزة" بالعربية باسم "تحريض أهل الإيمان على جهاد عبدة الصلبان " وهو في بيان قصة احتلال البرتغاليين لسواحل مليبار ومظاهرهم للمسلمين ، وفيها يحث الهنود على الجهاد لطرد المستعمرين .

وفيما مقتطفات من شعره :

الحمد لله الموفق للعلا        حمدا يوافي بره المتكاملا

تقوى الإله مدار كل سعادة         وتباع أهوا رأس شر حائلا

وقال مشجعا الناس على التمسك بالورع والعزيمة للوصول إلى السعادة الأبدية ،

من رام درا للسفينة يركب       ويغوص بحرا ثم درا حصلا

ثم يقول في التوبة :

أطلب متابا بالندامة مقلعا       وبعزم ترك الذنب فيما استقبلا

وبراءة من كل حق الآدمي       ولهذه الأركان فارع وكملا

وأقم دواما بالمحاسبة التي      نتهاك تقصيرا جرى وتساهلا

وبحفظ عين واللسان وسائر الأ        عضا جميعا فاجتهدن ولا تكسلا

ويقول في التوكل :

أما المعيل فلا يجوز قعوده       عن مكسب لعياله  متوكلا

لا تبذلن للناس عرضك طامعا        في ما لهم أو جاههم متذللا

وفي الإخلاص :

أخلص وذا أن لا تريد بطاعة        إلا التقرب من إلهك ذي العلا

لا تقصدن معه إلى غرض الدنا          كثنائهم أو نحو ذاك توصلا

عمل لأجل الناس شرك تركه          للناس ذاك هو الرياء سبهللا

وفاته :

انتقل الشيخ زين الدين بن علي إلى رحمة الله بمدينة "بوناني" في السابع عشر من شعبان المعظم سنة 928 هـ - 1521 م .

عبد العزيز بن زين الدين :

وكان ابن عبد العزيز عالما جليلا ومؤلفا قديرا باللغة العربية ، وكتب الشيخ عبد العزيز شرحا مختصرا باللغة العربية لقصيدة والده "هداية الأذكياء" وسماه "إرشاد الألباء" ثم أتبعه بشرح مطول لنفس القصيدة باسم :مسلك الأذكياء" ويقال إن الشرح الذي كتبه الشيخ زين الدين بن علي لألفية ابن مالك لم يكتمل في حياته ، فأكمله ابنه عبد العزيز .

وتوفي الشيخ عبد العزيز في سنة 993هـ ودفن بجوار والده رحمهما الله ، ولو لم يترك عبد العزيز تراثا كثيرا من المصنفات والأعمال العلمية الأخرى ، فإنه خلف لعالم العلم والأدب ابنا يعد من فطاحل العلماء الذين ساهموا مساهمة كبيرة في خدمة العلم والدين في الهند ، ونشر اللغة العربية في أنحائها .

الشيخ زين الدين الثاني :

ويعتبر زين الدين بن عبد العزيز ، حفيد الشيخ زين الدين بن علي من جلة علماء عائلة زين الدين ، وهو تلميذ العلامة ابن حجر الهيتمي الذي قدم إلى "بوناني" ليدرس العلوم الإسلامية والعربية في الجامع المدرسي الذي شيده فيها جده ، زين الدين الأول ، وقد تتلمذ على ابن حجر وغيره من العلماء العرب وتخرج أكثر تمكنا في اللغة العربية وأبدع أسلوبا فيها من بين المؤلفين الهنود في اللغة العربية .

مؤلفات العربية :

من أشهر تصانيف الشيخ زين الدين الثاني باللغة العربية "قرة العين" في الفقه الشافعي ثم وضع لنفس الكتاب شرحا وافدا باسم "فتح المعين" وهو من الكتب المتداولة بين علماء البلاد العربية وبلاد الشرق الأقصى والمقررة في معاهدها العلمية في مادة الفقه الشافعي ، وكتب له بعض المتقدمين والمتأخرين من فقهاء العرب شروحا ، كما صدرت له عدة طبعات في الهند وجاوا والملايو والمدينة المنورة ومصر ، وطبع بمطبعة محمد على صبيح بمصر في سنة 1346 هـ مع تقريرات لبعض أفاضل العلماء في هامشه ، ومن كتبه الطريفة "الأجوبة العجيبة" شرح فيه المسائل الفقهية في صورة الأسئلة والأجوبة ، ويعتبر أول مؤلف من هذا القبيل باللغة العربية .

تحفة المجاهدين :

يعد كتابة "تحفة المجاهدين في بعض أخبار البرتغاليين" للشيخ زين الدين بن عبد العزيز المليباري ، ومن أوثق المصادر الأصلية باللغة العربية لتاريخ مليبار (كيرالا) القديمة وبالأخص لتاريخ بداية عهد الإسلام فيها وبالتالي في شبه القارة الهندية كلها ، وشرح المؤلف في مقدمته معتقدات وعادات وتقاليد الهندوس في مليبار في تلك العصور ثم ذكر تاريخ البرتغاليين إلى مليبار ومحاولتهم للاستيلاء على المراكز التجارية فيها ، ويعتبر علماء التاريخ هذا الكتاب – تحفة المجاهدين للشيخ زين الدين – مصدرا أصليا في تاريخ القرن العاشر الهجري (السادس عشر الميلادي) ويعدون مؤلفه حجة في علم التاريخ موضوعا ومنهجا .

وفي القسم الخاص في بدء ظهور الإسلام في مليبار ، أورد المؤلف قصة الملك الذي اعتنق الإسلام وسافر إلى جزيرة العرب لمقابلة النبي العربي ، كما بين فيه تاريخ بداية اليهودية والمسيحية في الهند وأثبت فيه أن منطقة مليبار أول موطن في الهند وصلت إليه الأديان السماوية وملتقاها .

في اللغات الأجنبية :

وتظهر مكانة "تحفة المجاهدين" بين الوثائق التاريخية من التراجم العديدة التي صدرت له في مختلف اللغات العالمية فقد نقل من العربية إلى الانجليزية والأوردية في عام 1833م ثم نقل إلى البرتغالية عام 1898م وطبعت ترجمته البرتغالية مع النص العربي بمطبعة "لسبو" سنة 1898م وتوجد نسخة من هذا الطبع في دار الكتب المصرية تحت رقم ج/7728 – نسخة محفوظة في معظم المكتبات العالمية التاريخية مثل مكتبة لندن ومكتبة المجمع الآسيوي بكلكتا وغيرهما ، وكتب المؤلف في مقدمته أهداءه إلى سلطان "بيجابور" (1557-1580م) وعلق بعض علماء العصر الحديث على منهج "تحفة المجاهدين" فقالوا : إنه يفوق ، في دقة البيان وعدم التحيز في سرد الوقائع ، المنهج العلمي الحديث في علم التاريخ .

مولده ومدفنه :

ومن المؤسف جدا أنني لم أعثر بعد ، على وثائق تدل على تاريخ ميلاده ووفاته ، كما لم يسجل في أي من مؤلفاته المطبوعة أو المخطوطة ، ولكن حسب القول الشائع بين العلماء في مليبار ينشر العلوم ويرشد الناس حتى توفي في مدينة "ماهي" بشمالي مليبار ودفن فيها ، وكتب الشيخ زين الدين بن عبد العزيز في ختام كتابه "فتح المعين" تاريخ الفراغ عن تأليفه وهو الرابع والعشرون من شهر رمضان المعظم سنة 982 هـ .....

 


الإمام إبراهيم الباجوري
اسمه:
إبراهيم بن محمد بن أحمد الشافعي الباجوري.

الميلاد:
وُلِدَ بمدينة الباجور سنة 1198هـ = 1784م.

نسبته:
نُسِبَ إلى بلدة الباجور بمديرية المنوفية فقيل له الباجوري، وبعض المراجع تسميه البيجوري، وقد اشتهرت هذه النسبة، ولكننا نأخذ بالنسبة الصحيحة التي يؤكدها الشيخ الإمام نفسه في مقدمة رسالته في علم التوحيد حيث قال بعد الديباجة: «يقول فقير رحمة ربه الخبير البصير إبراهيم الباجوري ذو التقصير...».

نشأته ومراحل تعليمه:
نشأ الإمام الباجوري - رحمه الله - في كنف والده، حيث حفظ عليه القرآن الكريم، وجوَّده عليه، وقَدِمَ إلى الأزهر لطلب العلم سنة 1212هـ، ولما احتلَّ الفرنسيون القاهرة سنة 1213هـ ترك القاهرة إلى الجيزة فترة يسيرة، ثم عاد إليها عندما رحلت الحملة الفرنسية سنة 1216هـ وجدَّ واجتهد وثابر في طلب العلم، وتتلمذ فيه على أعلام علماء الأزهر مثل: الشيخ محمد الأمير الكبير الذي أجازه بجميع ما ورد في ثبته، والشيخ الإمام عبد الله الشرقاوي شيخ الجامع الأزهر، والشيخ الإمام حسن القويسني، والسيد داود القلعاوي، لكن أكثر تلقيه عن الشيخ الإمام حسن القويسني، والشيخ محمد الفضالي، وفي فترة وجيزة ظهرت عليه آيات النجابة فدرَّس وألَّف في فنون عديدة، وكان يقضي وقته من أول النهار حتى صلاة العشاء في الدراسة والإفادة والتعليم والتأليف، وإذا فرغ من هذا رتَّل القرآن الكريم ترتيلا جميلا بصوت حسن.

تلاميذه:
تخرَّج على يد الإمام الباجوري -رحمه الله- طائفة من علماء الأزهر الأعلام، ومن أبرزهم رفاعة الطهطاوي، الذي لازمه مدة، ودرس عليه شرح الأشموني وتفسير الجلالين.

أخلاقه:
كان يمتاز بالهَيْبَة والوقار، والحرص على كرامة العلماء.

مؤلفاته:
ألَّف الإمام الشيخ الباجوري - رحمه الله - في علوم عديدة مما يدل على سِعَةِ أُفقه، وغزارة علمه، وتعدد ألوان ثقافته، ومن أهم كتبه:
- إجازة من الشيخ الإمام أجاز بها الشيخ عبد المنعم بن محمد السيوطي الجرجاوي الصعيدي المالكي، المتوفى سنة 1326هـ أجازَهُ فيها بجميع مروياته وبما يسند إليه، وبخاصة بما في سند الشيخ محمد بن محمد الأمير الكبير، منها نسخة خطية بدار الكتب المصرية برقم (515) مصطلح الحديث.
- إجازة أخرى منه إلى الشيخ أحمد بن محمد الجرجاوي، الشهير بالمعرف، كان موجودًا سنة 1267هـ، أجازه فيها بكل ما صحَّ عنه وبخاصة ثبت الشيخ محمد الأمير الكبير وغيره، منها نسخة خطية بخط المؤلف في دار الكتب المصرية رقم (512) مصطلح الحديث.
- إجازة ثالثة أجاز بها حسنين أحمد جلبي الشهير بالملط البوتيجي الحنفي، نسخة بخط المجيز ومذيلة بخاتمه، منها نسخة خطية بدار الكتب رقم (468) مصطلح الحديث.
- إجازة رابعة أجاز بها عبد السلام بن عبد الرحمن الشطي الدمشقي الحنبلي، نسخة بخط المجيز وخاتمه، بدار الكتب المصرية رقم (49) مكتبة تيمور.
- إجازة خامسة أجاز بها علي بن عوض البرديسي الجرجاوي المتوفى سنة 1280هـ، نسخة بخط المؤلف وقد ذيلها بخاتمه، منها نسخة خطية رقم (511) مصطلح الحديث بدار الكتب المصرية.
- المسلسلات، قال في أولها بعد الديباجة: «إن عادة المحدثين أنهم يقدمون المسلسل بالأولية وهو حديث الرحمة... قال صلى الله عليه وسلم: الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء...» نسخة خطية بدار الكتب المصرية.
- حاشية على متن الجوهرة، سمَّاها (تحفة المريد على جوهرة التوحيد) لمؤلفها برهان الدين اللقاني، المتوفى سنة 1041هـ.
- حاشية على متن السنوسية، المسماة أم البراهين، لأبي عبد الله محمد بن يوسف السنوسي الحسيني المتوفى سنة 895هـ.
- حاشية على تحقيق (المقام على كفاية العوام فيما يجب عليهم من علم الكلام) للفضالي المتوفى سنة 1236هـ.
- حاشية على (شرح السعد للعقائد النسفية) لعمر بن محمد النسفي، المتوفى سنة 537هـ.
- فتح القريب المجيد على شرح (بداية المريد في علم التوحيد) للشيخ محمد السباعي، فرغ الباجوري من تأليفه سنة 1224هـ، توجد منه نسختان خطيتان بدار الكتب المصرية رقم (22954 ب)، (23050 ب).
- رسالة موجزة في علم التوحيد، مطبوعة مع مجموعة أمهات المتون.
- منح الفتاح على ضوء المصباح في النكاح، فقه شافعي.
- حاشية على التحفة الخيرية على الشنشورية، في علم الفرائض (المواريث).
- حاشية على فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب، ويسمى أيضًا القول المختار في شرح غاية الاختصار لابن قاسم الغزي.
- حاشية على المنهج في الفقه، مات قبل أن يتمها.
- حاشية على جمع الجوامع في أصول الفقه للسبكي، لم يتمها.
- حاشية على المواهب اللدنية على الشمائل المحمدية، للترمذي.
- تحفة البشر، تعليقات على مولد المصطفى صلى الله عليه وسلم لابن حجر الهيثمي، المتوفى سنة 974هـ، توجد منه نسخة خطية بدار الكتب المصرية رقم (13021ج).
- تعليق على الكشاف في تفسير القرآن الكريم.
- حاشية الباجوري على قصيدة البردة للبوصيري.
- حاشية على قصيدة بانت سعاد لكعب بن زهير.
- حاشية على متن السمرقندية في علم البيان.
- فتح الخبير اللطيف شرح نظم الترصيف في فن التصريف.
- الدرر الحسان على فتح الرحمن فيما يحصل به الإسلام والإيمان للزبيدي.
- حاشية على متن السلم في المنطق.
- حاشية على مختصر السنوسي في المنطق.

ولايته للمشيخة:
ولِّي مشيخة الأزهر في شهر شعبان سنة 1263هـ = شهر يوليو سنة 1847م، ولم يمنعه تولي المشيخة من مباشرة التدريس مع القيام بشؤون الأزهر، ولما تقدَّمت به السِّنُّ وتعاورته الأمراض حدثت أحداث جسيمة بالأزهر لم يستطع السيطرة عليها، وكان الحاكم في هذا الوقت سعيد باشا يؤدي فريضة الحج، وأقام عنه نوابًا أربعة، فرأى هؤلاء النُّواب أنه من الاحترام للإمام الشيخ الباجوري أن لا يُعيَّنوا أحدًا مكانه في المشيخة، وأن يولُّوا أربعة وكلاء يقومون عن الشيخ الإمام الباجوري بإدارة شؤون الأزهر تحت رياسة الشيخ مصطفى العروسي، وهؤلاء المشايخ تم اختيارهم عن طريق الانتخاب، وهم: الشيخ أحمد كيوه العدوي المالكي، والشيخ إسماعيل الحلبي الحنفي، والشيخ خليفة الفشني الشافعي، والشيخ مصطفى الصاوي الشافعي، واستمر الجميع قائمين مقام الشيخ الإمام الباجوري حتى توفي.

وفاته:
توفي الإمام الشيخ الباجوري - رحمه الله - سنة 1277هـ.

مصادر ترجمته:
- الأزهر في اثني عشر عامًا، نشر إدارة الأزهر.
- شيوخ الأزهر، تأليف: أشرف فوزي.
- كنز الجوهر في تاريخ الأزهر، تأليف: سليمان رصد الحنفي الزياتي ص 143.
- مشيخة الأزهر منذ إنشائها حتى الآن، تأليف علي عبد العظيم 1/241.
- الأعلام للزركلي 1/71.
- الخطط التوفيقية 9/2.   



هو الامام الفقيه العلامة شهاب الدين احمد ابن الحسين بن احمد , ابو شجاع , شهاب الدين الطيب الاصفهانى
فقيه من علماء الشافعية.
ولد والده بعبادان وجده بأ صبهان , أما هو فقد ولد بالبصرة سنة ثلاث وثلاثين و خمسمائة وقيل ثلاث وثلاثين و اربعمائة.
وقد درس أبو شجاع مذهب الإمام الشافعى ما يزيد على اربعين سنة فى مدارس البصرة ,حتى قال عنه الحافظ السلفى : هذا
من افراد الدهر, وقد عمر ابو شجاع طويلا حتى إن العلامة الديربى قال : إنه عاش مائة وستين سنة ,وعلى الرغم من ذلك فإنه لم يختل له عضو من أعضائه , وعنما سئل عن ذلك قال : ما عصيت الله تعالى بعضو منها فى الصغر, فحفظها الله على فى الكبر .
اشتهر صيت ابى شجاع فى الأفاق بعلمه وورعه فولى القضاء سنة (447) فكان مثالا للقاضى العادل الذى لا يخشى فى الله لومة لائم.
وقد استوطن (المدينة المنورة) فى اخر حياته وعمل فى خدمة الحرم النبوى الشريف , حتى توفى , وقد دفن بمسحده الذى بناه فى منزله عند باب جبريل عليه السلام ورأسه قريب جدا من الحجرة النبوية
اثاره العلمية:
لم يصل إلينا من بين مؤلفاته العلمية إلا كتابين هما:
-شرح ( الاقناع ) لقاضى القضاة ابى الحسن الماوردى
-( وغاية الاختصار), المسمى: (غاية التفريب), او ( متن ابى شجاع


المصدر :
مختصر اى شجاع طبعة دار السلام
Powered by Blogger.

Thank's To Follow

Total Pageviews

Popular Posts